Pengalaman Bersepeda Keliling Kota Bogor Bersama ABI Cycling Community
Nggowes Bersama ABI Keliling Bogor
Sudah lama ingin menulis pengalaman bersepeda bersama teman teman pesepeda alias goweser di ABI : Araya Bumi Indonesia yang selalu bersemangat dan energik.
Bogor, kota dengan seribu bahkan sejuta kenangan dan berbagai terkenal sebagai kota wisata. Kota Bogor dengan udara yang sejuk berada ada ketinggian antara 190 m hingga 350 m dpl.
Saat saya baru masuk kota ini tahun 1991, dengan semangat menimba ilmu, pesan dari teman teman dan kakak kelas persiapkan selimut, karena udara di Bogor cukup dingin dan saat sampai di Bogor pada tahun itu, memang suhu udara cukup dingin apalagi saya datang dari daerah hangat. Selimut terpakai dan malah beli lagi karena kurang. Sekarang mungkin sudah berbeda situasinya.
Berikutnya disuruh juga bawa jas hujan atau payung, karena Bogor terkenal sebagai Kota Hujan, dari beberapa data menunjukkan jumlah hari hujan dalam setahun ada 170 - 226 hari dan setiap bulan ada hari hujan, dengan curah hujan 2.800 - 3.600 mm per tahun. Artinya > 60% hari dalam setahun akan mengalami hujan.
Setelah menentukan hari nggowes dan titik kumpul, sepakat kami kumpul dan parkir kendaraan di Kampus IPB Barangsiang Bogor. Lokasi cukup strategis dan mudah dijangkau.
Pada hari H, kami janjian pukul 06.00 dan tepat pukul 05.59 waktu Indonesia Bogor saya sudah sampai dan langsung menyetel sepeda.
Kemana tujuan Nggowes ABI Cycling Community?
Tujuan Nggowes kami kali ini adalah Bendungan Katulampa. Siapa tidak tahu Bendungan Katulampa yang legendaris. Setiap saat musim hujan, bendungan ini menjadi berita utama dan titik pemantauan dimonitor dengan hitungan detik menit, jam dan pokoknya setiap perubahan debit air sungai Ciliwung yang menggelora.
Jika nanti berkembang ke arah lain, dikarenakan memang kami suka berpetualang dan berfoto foto pastinya.
Persiapan Nggowes di Kampus IPB Baranangsiang
Setelah datang dan menurunkan sepeda, memasang Ban, mengecek gear set, saya coba berkeliling areal Kampus. Kebetulan pohon kapuk Ceiba pentandra di Taman Koleksi sedang berbunga meskipun belum terlalu banyak. Kalau pas puncak musim kapuk, halaman Kampus IPB Baranangsiang seperti berselimut salju.
Berikutnya datang Pak Indra, General Services di kantor kami yang rajin, cekatan dan terkenal efisien dan akan menjadi Marshal pada nggowes kali ini. Bersepeda dari Ciomas, kediamannya ini pun sudah lumayan bisa sekitar 12 km tapi tetap segar bugar.
Menyusul berikutnya Pak Komisaris Yusti, seorang Komisaris yang low profile dan mau naik sepeda meskipun bisa saja beliau naik mobil. Semangat berolah raga beliau patut ditiru dan diacungi jempol.
Selanjutnya Komandan kami Pak Mesiran, beliau adalah team pengamanan kami saat nggowes ke Katulampa. Berbadan tegap, gagah dan berwibawa. Disegani kawan, ditakuti lawan. Pokoknya Setan ora doyan, Dhemit ora ndulit.
Lengkap sudah anggota nggowes ABI. Siap mengarungi Kota Bogor, semoga tidak hujan dan nggowes kali lancar dan bisa berkeliling dengan nyaman sesuai target.
Nikmatnya Sarapan Bubur Kabita Pak Amin.
Bubur ayam Kabita Pak Amin yang gerobaknya selalu diparkir di depan pintu gerbang Kampus IPB Baranangsiang merupakan Bubur Ayam yang menjadi langganan hampir seluruh mahasiswa IPB yang pernah berkuliah di IPB Baranangsiang. Karena sekarang mayoritas mahasiswa sudah kuliah di IPB Dramaga maka ada beberapa mahasiswa yang tidak kenal lezatnya bubur ayam Kabita Pak Amin. Saya suka makan bubur ini karena buburnya berasal dari beras bagus sehingga wangi dan berasa manis dan pulen.
Dilengkapi dengan potongan Cakwe yang dipotong dadu dan kuah kaldu bubur ayam yang gurih serta dilengkapi sate jerohan dan telur puyuh, menjadikan bubur ini semakin nikmat.
Semoga sarapan ini mengisi energi kami hingga Katulampa dan Kota Bogor sekitarnya.
Berfoto di Tugu Kujang, Icon Kota Bogor
Kalau ke Kota Bogor, anda tidak lengkap kalau belum berfoto di Tugu Kujang. Salah satu Icon kota Bogor yang merupakan senjata khas Jawa Barat.
Tugu Kujang ini berada di persimpangan Jalan Raya Pajajaran, Otista dan Baranangsiang.
Tugu yang dibangun tahun 1982 dan Tugu Kujang ini melambangkan Kota Bogor yang wujudnya berupa senjata pusaka khas Jawa Barat yang menjadi ciri khas Suku Sunda dan dipercaya bisa memiliki kekuatan gaib, yaitu Kujang. Tugu Kujang dengan tinggi sekitar 25 meter dan bagian bawah berbentuk persegi dengan dimensi sekitar 26 x 23 m.
Berkunjung ke Rumah Teman
Start dari Tugu Kujang, kami melanjutkan perjalanan ke rumah teman kami yang ada di Barangsiang 2.
Jalanan di Bogor memang bersahabat, baru start saja sudah disambut dengan tanjakan. Yang paling senang dengan tanjakan adalah pak Komisaris. Sambil tersenyum, beliau menggowes sepedanya dengan santai dan yakin. Tanjakan seperti ini menurut beliau cemen sekali. Mantap.
Menyusul Pak Komandan Messi yang dengan tenaga superman, melaju dengan cepat tanpa bisa ngerem lagi. Tanjakan level 25 - 35% sudah menjadi seperti jalan datar untuk anggota marinir ini. Tidak ada tanjakan, nggak seru katanya.
Pak Indra, sebagai marshal, dengan tenang mendampingi saya yang terengah engah mendaki tanjakan ini. Saya memang tidak kuat kalau bertemu tanjakan. Saya bayangkan ini baru mulai, bagaimana nanti saat berkeliling kota Bogor. Semoga saya kuat berkeliling dan mendaki jalan tanjakan melintas Kota Bogor.
Pak Marshal sambil tersenyum memberi semangat, tenang Pak, nggak usah terburu buru. nanti kalau nggak kuat, turun saja dan dituntun. Lha kalau nggak turun gimana, mau naik angkot he..he..he...
Setelah bersepeda lebih kurang lebih 4 km, kami sampai di Perumahan Barangsiang setelah berkeliling bertanya sana sini, akhirnya kami sampai juga di rumah Pak Bos Finance kami.
Senang sekali beliau kami kunjungi, apalagi mendapat kunjungan dari Pak Komisaris, semakin berbunga bunga hatinya.
Bendungan Katulampa
Kami melanjutkan perjalanan ke Bendungan Katulampa. Saya semakin terengah engah karena jalanan semakin menanjak. Sambil mengatur napas, saya nggak mau lihat ke depan karena jalan terlihat semakin jauh dan jauh.
Pemandangan selama perjalanan ke Bendungan Katulampa sangat menawan, apalagi saat kami melintas tepi sungai yang bersih dengan kampung Katulampa yang dicat warna warni. Kami sempat berhenti dan berfoto mengabadikan indah dan asrinya suasana Kampung katulampa.
Lumayan, sekalian saya ambil napas dan mengatur stamina.
Desa wisata Katulampa |
Setelah nggowes sekitar 9 km, sampailah kami di Bendungan Katulampa.
Takjub melihat Bendungan Katulampa yang terlihat kokoh dan gagah. Pantas mampu menahan dan menyalurkan debit air Sungai Ciliwung saat mengamuk dengan menghanyutkan apa saja yang ada di alirannya.
Bendungan Katulampa di prasastinya dibangun oleh Belanda tahun 1912 hasil karya seorang Insinyur Belanda bernama Ir. Hendrik Van Breen.
Berikut informasi yang tertulis di beberapa keterangan dan hasil mengitari bendungan katulampa :
- Panjang Bendungan Katulampa adalah 74 m,
- 5 pintu air untuk mengalirkan air ke bawah atau Pintu inlaatsluis
- 3 pintu air untuk menahan air jika volume air berlebihan dan mengancam kawasan di bawahnya atau Pintu Spuisluis
- Ukuran masing masing Pintu air adalah 4 meter
- Saat dirancang, bendungan ini untuk mengairi sawah seluas sekitar 10.000 bouw atau seluas 7000 ha.
Bendungan Katulampa saat ini berubah fungsi dari sebagai penyedia air dan irigasi untuk sawah, sekarang menjadi pintu air untuk mengontrol debit air. Sawah di daerah bogor, Depok, Cibinong, Cimanggis hingga bermuara di daerah Kali Besar Tanjung Priuk sudah habis, dan berubah menjadi kawasan industri dan pemukiman.
Sawah yang ada mungkin bukan lagi ribuan ha, mungkin tinggal ratusan ha atau bahkan tinggal puluhan atau belasan ha. Habis sudah salah satu lumbung padi Jawa Barat. Terlambat.
Saya sangat antusias dan mendukung, saat dulu sekitar tahun 1995, pada masa Pembangunan Orde baru, Menteri Bapak Siswono Yudo Husodo sebagai Menteri Transmigrasi dan Pemukiman Perambah Hutan pernah menggagas pencetakan sawah sejuta ha sebagai usaha pemerintah untuk mencapai swasembada Beras. Program untuk mengembalikan Negara Indonesai sebagai negara agraris, sayang program ini mengalami kegagalan.
Saya melihat progres pembanguna langsung saat berkunjung ke Kabupaten Pulang Pisau, salah satu lokasi yang dijadikan areal untuk pencetakan lahan gambut sejuta ha. Pembangunan untuk menyediakan lahan pertanian baru dengan mengubah satu juta lahan gambut dan rawa untuk penanaman padi.
Pembangunan yang effortnya sampai dikeluarkan Keppres No. 82 pada tahun 1995. Luar biasa dan jika sukses, mungkin Negara Indonesia tidak mengimpor beras seperti sekarang ini. Sayang gagal, dan tidak ada yang memikirkan kembali seperti tokoh tokoh Bapak pembangunan Pak Presiden Soeharto. Kebanyakan yang dikejar adalah pembanguan Instant dan bersifat populer dan lebih cenderung karena kepentingan politik dan golongan.
Saya melihat di era Bapak Presiden yang sekarang, Pembangunan infrastruktur dimulai kembali meskipun masih banyak hambatan dari warga negara Indonesia yang berpikiran sempit dan sesaat. Semoga pembangunan sukses.
Kalau dilihat dari sejarah dibangun dan dimulai tahun 1989, 1911 dan diresmikan tahun 1912, dan sekarang tahun 2020, mengapa Negara Indonesia tidak bisa membangun fasilitas seperti Bendungan Katulampa yang hingga kini masih bertahan dan menjadi andalan. Saya tidak mau bahas, terlalu meluas.
Kami berfoto di Bendungan Katulampa sepuasnya.
Kami melintas jembatan yang juga bernama Katulampa dan menyaksikan pintu pintu air yang berjasa besar terhadap pengendali banjir di Jakarta.
Betapa besar amal ibadah Ir. Hendrik Van Breen karena hingga kini telah menyelamatkan ribuan, jutaan, puluhan juta bahkan ratusan juta penduduk yang berada di sepanjang aliran Sungai Ciliwung hingga ke muara laut.
Selain menjajah, ternyata Bangsa Belanda juga meninggalkan karya karya besar di Indonesia. Ahli ahli irigasi terbaik mereka dikirim ke Indonesia untuk membangun dengan kualitas yang terbaik dan tanpa mengurangi spesifikasi, karena mereka berpikir masih belum teracuni dengan kehidupan duniawi yang tidak menyisakan harapan untuk anak cucu.
Dokumentasi Perihal Katulampa secara detail akan saya sampaikan saat membahas mengenai Bendung Katulampa.
Istirahat di Warung Kopi Umi Yayah
Setelah puas berkeliling di Bendungan Katulampa atau Bendung Katulampa, kami lanjut beristirahat di Warung Kopi Umi Yayah. Tempat istirahat ini sepertinya menjadi tempat berkumpul para goweser, khususnya untuk tujuan Katulampa atau yang mau naik lagi ke arah puncak.
Kami bertemu beberapa rombongan pesepeda yang sedang menikmati makanan dan minuman ringan yang dijual di Warung Umi Yayah.
Saya memesan kedelai rebus, kacang rebus, beberapa gorengan dan teh susu jahe. Pak Komisaris mencoba lontong buras dan gorengan. Makanan lain yang tersedia ada Indo mie, aneka gorengan, Klepon, Dadar gulung, aneka makanan ringan dan lainnya. Cukup lengkap untuk tempat istirahat goweser.
Berkunjung ke Prasasti Batu Tulis
Setelah puas makan dan minum di Warkop Umi Yayah, kamipun melanjutkan perjalanan ke situs Prasati Batutulis.
Kami disambut seorang Ibu tua yang mungkin penjaga sekaligus petugas yang membersihkan situs ini.
Situs ini berada di tengah tengah perumahan dan di tepi jalan Raya Batutulis. Kami parkir di rumah sebelah tempat prasasti tersebut.
Prasati peninggalan jaman kerajaan Padjajaran dan ditulis dalam bahasa aksara Sunda Kuno yang isinya menyebutkan bahwa Raja Pakuan Padjajaran yang bernama Prabu Purana dinobatkan kembali dengan nama Sri Paduk Maharaja Ratu Haji.
Di dalam bangunan yang berukur 8 x 8 meter, terdapat 3 batu.
1 batu berdiri tegak dan berukuran paling besar bertuliskan aksara Sunda Kuno seperti penjelasan di atas. ada lagi batu berdiri dan lebih ramping disamping batu yang pertama dan di depan batu yang besar terdapat batu yang bertanda telapak kaki Prabu Siliwangi. kami berfoto bergantian di batu tersebut,
Perihal Prasasti Batutulis dan telapak kaki Prabu Siliwangi beserta penjelasannya dan akan saya tuliskan di cerita mengenai Prasasti Batu Tulis.
Menikmati Buah Nangka Bogor di Pasar Nangka Dredet, Bogor
Setelah dari Prasasti Batu Tulis dan menyaksikan telapak Prabu SIliwangi, kami melanjutkan perjalanan ke arah Jl Pahlawan, tepatnya kami menuju Pasar Nangka yang lokasinya tepat di Makam Pahlawan Dredet Bogor.
Kami menikmati manisnya nangka bogor dengan harga antara Rp. 30.000 - Rp. 40.000 per kg.
Buah Nangka Artocarpus heterophyllus di Pasar ini terlihat segar, matang pohon dan sangat manis. Kami berlomba makan nangka dan mencoba mengangkat buah nangka yang kelihatan besar besar. Mungkin di kisaran 8 - 15 kg. Per buah, harga nangka tergantung kg nya, berkisar antara Rp. 100.000 hingga Rp. 400.000 per buahnya.
Nangka di Pasar Nangka Dredet ini saya perhatikan ada 3 macam, ada Nangka Madu, nangka Salak dan Nangka Daging.
Nangka yang lezat, Pasar Nangka Dredet |
Aroma nangka merebak kemana mana, dan saya paling suka bau aroma nangka. Sejak saya mulai kuliah di bogor, tahun 1991, para pedagang sudah ada di sini. Menurut info dari salah satu pedagang, saat dia jualan pertama sudah ada di tahun 1980 an. Memang cukup tua usia pasar Nangka Dredet ini.
Sambil makan Nangka, kami juga menikmati Es Cendol yang sangat nikmat. Campuran Cendol, Tape, ketan, Cincau hitam dan Santan ini melepaskan dahaga kami.
Setelah puas makan nangka, kami pun melanjutkan perjalanan dan tidak lupa membungkus Nangka untuk oleh oleh.
Sensasi Bersepeda di dalam Kebun Raya Bogor
Tujuan berikutnya setelah dari Pasar Nangka Dredet adalah Kebun Raya Bogor. Paru paru bogor sekaligus Ruang terbuka hijau yang membuat Kota Bogor tetap segar dan adem ini memang layak kami kunjungi.
Kebun Raya Bogor luasnya sekitar 87 ha dengan koleksi sekitar 15.000 tanaman dan didalamnya ada Herbarium Bogoriense, Museum Zoologi, Taman Anggrek, Resto Kebun Raya, dan berbatasan dengan Istana Bogor.
Kebun Raya Bogor merupakan salah satu perhatian Kerajaan Belanda untuk ilmu pengetahuan. Mereka mengirimkan Cornelis Theodorus Elout, dan G.A.G.P. Baron van der Capellen ke Indonesia dengan Prof. Caspar George Carl Reinwardt selaku penasehat berkebangsaan Jerman yang berangkat tahun 1816 riset mengenai tumbuhan termasuk salah satunya tanaman obat.
Istana Bogor yang saat itu didiami oleh Letnan Gubernur Thomas Stamford Raffles bersama istrinya Olivia Mariamne Raffles ditanami oleh Pak Reinwardt.
Berfoto dengan latar belakang Pohon Cempaka, Michelia campaca |
Pada tahun 1817, secara resmi Kebun Raya Bogor didirikan yang saat itu disebut Buitenzorg, dari bahasa Belanda yang berarti tidak perlu khawatir, dengan nama Lands Plantentuin te Buitenzorg. Pendiriannya diawali dengan menancapkan ayunan cangkul pertama di bumi Pajajaran sebagai pertanda dibangunnya pembangunan kebun itu, yang pelaksanaannya dipimpin oleh Reinwardt sendiri, dibantu oleh James Hooper dan W. Kent kurator Kebun Botani Kew yang terkenal di Richmond, Inggris.
Kami berkeliling di dalam area Kebun Raya melewati bagian bagian dalam dan melihat berbagai koleksi yang dimiliki kebun raya Bogor.
Karena saat itu di Istana Bogor sedang ada Bapak Presiden Jokowi, maka pengamanan sangat ketat. Saat akan mendekat ke area Istana Bogor untu berfoto, kami diberhentikan oleh Pasukan Pengaman Presiden Paspampres yang bersenjata lengkap. Berkat Pak Komandan Mesiran akhirnya kami malah bisa berfoto berempat dengan Mas Tentara sebagai juru fotonya.
Memang luar biasa Bapak Komandan Kami.
Kami berkesempatan berfoto dengan latar belakang pohon Michelia Campaka alis Pohon Cempaka yang ditanam pada tahun 1901. Memang luar biasa besar.
Menikmati Kopi Spectrum Specialty Coffee Bogor
Setelah puas berkeliling Kebun Raya Bogor sambil menikmati sejuk dan rindangnya pohon pohon, kami melanjutkan perjalanan untuk menikmati Kopi di kafe langganan yaitu Kopi Spectrum Specialty Coffee.
Sempat ngobrol dengan Pak Tresna selaku pengelola mengenai Kopi. Cafe ini merupakan salah satu destinasi tempat ngopi yang ada di Bogor.
Kualitas kopi yang disajikan memang enak dan didukung suasana tempat yang nyaman dan cocok untuk ngopi bareng.
Pesanan kami ada yang Ice Cappucino dan Hot Cappucino. Rekomendasi untuk teman teman saat ke Bogor untuk menikmati kopi di Cafe ini.
Cerita detail mengenai Kopi Spectrum akan saya ceritakan di lain waktu.
Disini kami mulai berpisah, Pak Indra langsung kembali ke arah Ciomas, Pak Komandan lebih dahulu pulang menuju tangerang, Saya mendampingi Pak Komisaris kembali ke kendaraan untuk loading sepeda.
Demikian pengalaman kami bersepeda berkeliling Kota Bogor dan total kami nggowes sejauh kurang lebih 24 km dan jarak yang memang tidak jauh dan tidak terlalu dekat, alias Pas.
Coffee time |
Sampai bertemu di episode berikutnya.
0 Response to "Pengalaman Bersepeda Keliling Kota Bogor Bersama ABI Cycling Community"
Post a Comment
Terima kasih atas kunjungan teman teman, semoga artikel bermanfaat dan silahkan tinggalkan pesan, kesan ataupun komentar.