Melintas Buper Palutungan menuju Curug Putri, Kuningan, Legenda Air Terjun Berbentuk Sang Putri bagian 1
Curug Putri Palutungan, Kuningan, Legenda Air Terjun Berbentuk Sang Putri yang sedang berdoa bagian 1.
Melintas Buper Palutungan menuju Curug Putri
Tempat Mandi Para Dewi Khayangan
Lokasi wisata di Palutungan memang perpaduan antara pesona alam pegunungan hutan, pertanian tradisional, nature creature seperti air terjun dan anugerah udara bersih yang sudah mulai langka.
Kalau bicara wisata di Indonesia, sangat dipengaruhi oleh budaya yang menggambarkan betapa bijaksananya para leluhur berusaha memahami terbentuknya suatu obyek alam.
Terlepas dari itu sirik atau tidak ada di tuntunannya, itulah Budaya Indonesia yang berproses mulai dari Animisme, Dinamisme, masuknya agama, kemudahan transportasi dan informasi yang dulunya menjadi pembatas dan akhirnya ada yang bisa dinalarkan serta ada yang tidak bisa dinalarkan. Keluhuran budi dan pekerti lah yang akhirnya menguraikan gejala alam menjadi dongeng yang melegenda.
Kembali ke lap top, Curug Putri
Lestarikan alam, himbauan di Buper Palutungan, Kuningan |
12.32 WIB Waktu Kuningan
Setelah paginya mengabadikan indahnya Sunrise alias matahari terbit di Palutungan, kami kembali dulu ke Hotel Grage Sangkan untuk menikmati sarapan pagi Hotel yang memang luar biasa enak.
Baca juga : Mengabadikan indahnya matahari terbit di Palutungan Kaki Gunung Ciremai
Suasana saat sarapan di Hotel |
Makanan yang disajikan cocok dengan lidah kami anggota The Six Boys, yang memang penggemar kuliner apapun, yang penting enak.
Menu Nasi Timbel dan Paru Goreng menjadi pilihan saya |
Berbagai menu pilihan makanan sarapan di Hotel Grage Sangkan membuat Sang Putra Kuningan yang rindu kampung halaman seperti lupa daratan, Hampir 3 kali atau mungkin 4 kali dia bolak balik mengisi piringnya. Mulai dari empal gepuk, Nasi timbel, Mie Rebus, Telor Ceplok setengah matang 2 butir, sosis, ikan asin jambal, Paru Goreng tepung (ini saya juga suka) dan berbagai pilihan sambel. Pokoknya jangan sampai rugi, kalau bisa malah bungkus makanan,
Benar benar enak, daunnya aja enak apalagi isinya |
Tapi untuk bungkus kami pikir pikir lagi, karena siangnya kami rencana akan makan di Nasi Kasreng. Cerita Nasi Kasreng di episode berikutnya.
Baca juga : Menikmati Kuliner Nasi Kasreng, Makanan Khas Luragung, Kuningan.
Kolam Air Hangat untuk menyembuhkan pegal pegal |
Disamping sarapan, kami juga menyempatkan menikmati berendam air panas yang menjadi fasilitas Hotel di Grage Sangkan Kuningan.
Selain Kolam rendam air panas, Kolam Renang yang didesign mewah pun menjadi fasilitas gratis untuk tamu yang menginap. Cerita lebih detail akan disampaikan di sesi cerita mengenai Hotel & Spa Grage Sangkan Kuningan.
Ok, lanjut ke cerita utama mengenai Curug Putri alias Air Terjun Putri.
Pilot handal kali ini Om Rizal, mulai dari Hotel sampai Curug Putri yang berjarak sekitar 14.8 km sesuai info map.
Kami berangkat setelah menunaikan sholat Dhuhur dan menjama' takdim sholat Asar. Jam 12.38 kami meluncur.
Baca juga : Berenang bersama Ikan Dewa Kancra Bodas di Obyek Wisata Cibulan
13.12 WIB Waktu Kuningan
Sampai lokasi Parkiran Curug Putri, kami memarkir mobil tepat di tempat parkir disaat pagi kami menikmati terbitnya matahari.
Area parkir Curug Putri yang luas dan penuh dengan pedagang makanan, jadi jangan khawatir kelaparan |
Semua mempersiapkan perlengkapan untuk memotret dan celana renang. Lah, celana renang buat apa donk. Yang pasti bukan untuk bungkus makanan he..he..he....
Kami pun mulai memasuki area Curug Putri yang lokasinya berhadapan dengan tempat kami parkir.
Saat mulai berjalan, tiba tiba Bang Dul mengagetkan kami, waduh Kwaciku ketinggalan di Mobil. Ampun dech dengan penggemar kwaci yang satu ini. Ternyata kwaci yang dibawa dari dan dibeli di rest area Tol km 57 masih disimpannya. Tapi kwaci inilah yang nantinya membuat saya dan teman teman yang kedinginan saat di Curug Putri menjadi segar kembali.
Untuk Teman teman yang dari Kuningan, ternyata ada kendaraan khusus melayani wisatawan yang tidak membawa kendaraan, bentuknya seperti mobil yang terbuka seperti berikut.
Kendaraan angkutan wisata Kota Kuningan |
Kami mulai mmasuki area pembelian tiket dan kebetulan sangat sepi saat kami membeli tiket yang seharga 17.500 rupiah saat hari libur dan 15.000 saat hari biasa.
Loket Penjuaan TIket di Curug Putri |
Kami berjalan memasuki jalan setapak yang dilapisi batu alam dengan jalan yang tidak lurus. Jalanan dibuat sedemikian rupa, sehingga saat memasuki wilayah wisata Curug Putri sekaligus kita bisa menikmati keindahan dan mengeyahui fasilitas yang ada.
Papan Nama Buper Palutungan |
Yang pertama kita tuju adalah papan informasi yang menyebutkan Obyek Wisata Alam Buper Palutungan atau Bumi Perkemahan Palutungan dengan lokasinya di Kuningan, Jawa Barat.
Bumi Perkemahan Palutungan berada dan berlokasi di Kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai.
Disini Pak Komisaris yang gagah menyempatkan berfoto bersama saya. Saya menjadi obyeknya dan beliau menjadi obyek saya. nah, akhirnya kami saling memfoto deh jadinya.
Baca juga : Mengabadikan Indahnya Sunset di Cigugur, Kuningan
Mendokumentasikan diri di Buper Palutungan |
Saya pun memfoto Pak Komisaris Yusti yang kadang kadang memang pemalu untuk difoto.
Gaya Pak Komisaris Yusti saat memfoto obyek |
Di Bumi Perkemahan ini terlihat beberapa group rombongan yang berkemah di dalam Bumi Perkemahan Palutungan. Berarti tempat wisata ini memang aktif dipergunakan oleh masyarakat dan pengunjung untuk menikmati indahnya alam Bumi Palutungan.
Suasana Bumi Perkemahan Curug Putri Palutungan |
Suasana hutan yang lengang dan udara yang bersih, membuat Buper Palutuhan menjadi salah satu destinasi tempat berkemah yang asyik.
Suasana hutan Pinus yang asri membuat suasana berkemah pun semakin asyik |
Lokasi yang tidak jauh dari Kota Kuningan, sekitar 14 - 15 km, menjadi sangat ideal tanpa harus bermacet macet di jalanan.
Salah satu group di Buper Palutungan yang mirip ospek |
Saya perhatikan ada sekitar 4 - 5 rombongan yang berkemah di kawasan Buper Palutungan. Sepertinya group yang ketiga yang wajahnya tegang, mungkin sedang ospek kali ya. Disaat seperti inilah, sang senior melampiaskan hasil ujiannya yang jelek dengan mengomeli yuniornya ha..ha.ha....
Selanjutnya, perjalanan masih menanjak dan kami masuk ke lapangan utama.
Di lokasi lapangan utama, tampak rombongan ibu ibu yang sedang out bound. Tawa renyah dan suasana gembira menyelimuti hati dan benak para pengunjung ini seolah olah hilang rasa penat dan galau serta menghilangkan sejenak pusingnya belitan masalah hidup.
Beberapa keluarga dengan perlengkapan dan bekal makanan yang seolah olah besok akan terjadi bencana atau seperti pindahan rumah. Pokoknya banyak lah.
Beberapa wahana yang dipersiapkan oleh Buper Palutungan memang tidak main main untuk memanjakan pengunjung dari berbagai usia.
Wahana yang kami temui diantaranya adalah Flying Fox. Wahana yang membuat orang melayang diantara pepohonan Pinus, Pinus merkusii ini akan memberikan sensasi gelantungan mirip orang hutan Pongo pygmaeus.
Berikutnya wahana kesukaan Pak Komisaris Yusti yang suka balapan mobil. Apa coba? Ya, benan sekali, wahana ATV alias All Terrain Vehicle, kendaraan yang mampu melintas jalanan berlumpur dan terjal. Mengelilingi jalan setapak di seputaran Buper Palutungan adalah target jalur dari ATV. Dengan 25.000 anda sudah bisa berkeliling bak seorang pembalap di dalam hutan. Atau kalau anda ingin berfoto dan bergaya seolah olah menunggang ATV, cukup bayar 5.000 rupiah. Murah dan ramah di kantong.
Wahana ATV yang disediakan oleh Pengelola Buper Palutungan |
Saat mengikuti jalan setapak berbatu yang asri, akhirnya kami menemukan papan nama yang membuat kami bimbang sebagai anggota The Six Boys.
Ada pilihan tanjakan Cinta, ke Curug Putri, ke toilet, atau ke Musholla.
Pilihan ke tanjakan Cinta resikonya bisa CLBK. Sekedar pengin tahu, kami pun menuju tanjakan cinta kecuali Bang Dul yang misah sendiri karena kebelet ha..ha..ha...
Dan apakah yang ada di tanjakan Cinta?
Ungkapkan isi hatimu di Tanjakan Cinta Buper Palutungan |
Ternyata adalah wahana untuk memadu kasih. Selain itu mungkin juga untuk menembak pasangan yang akan jadian. Terlihat beberapa pasangan sedang saling menggombali pasangan masing masing, sampai Pak Komisaris dan Pak Razil tertawa tawa. Selamat bergombal ria, mungkin demikian dalam hati para senior ini.
Tanjakan Cinta di Buper Palutungan |
Bang Azis yang tidak bisa menahan hajatnya segera berlari menuju toilet yang ada di sisi kanan perjalanan. Dia meliuk liuk dan berlari zig zag diantara pepohonan pinus sambil makan kwaci yang tak pernah lepas dari genggamannya. Kwacinya takut diembat sama Pak Komisaris dan Om Irwan.
Meliuk liuk sambil makan Kwaci |
Fasilitas Toilet sangat bagus dan cukup bersih. Air gunung yang bersih dan dingin menjadi pembasuh yang higienis dan cocok sebagai air pembersih dan pembilas.
Fasilitas Musholla di Buper Palutungan sangat memadai dan sangat asri dengan nama Musholla Jabal Nur yang artinya Gunung Cahaya, mirip dengan Jabal Nur yang ada di Mekah yang merupakan tempat pertama kali Nabi Muhammad menerima wahyu pertama tepatnya di Gua Hira.
Musholla Jabar Nur di Buper Palutungan |
Mushollanya sangat bersih dan ada anak tangga untuk menaiki bangunan panggung berbahan bangunan kayu ini.
Berikutnya adalah Bale Budaya, seperti yaitu bangunan dari kayu dengan atap yang bersusun dengan ruangan seperti aula dan sangat cocok untuk beristirahat. Jika menyimak dari nama bangunannya, tempat ini diperuntukkan untuk menggelar budaya atau acara yang melibatkan keluarga atau group, bisa dari group perkemahan, outbound ataupun seperti yang kami lihat bersama, ada yang pacaran juga di sini ha..ha...ha.. sambil mengumbar janji janji.
Bale Budaya di Buper Palutungan |
Setelah menunggu Bang Dul selesai buang hajat, kami pun melanjutkan perjalanan menuju ke Curug Putri.
Ekspresi takjub dengan keindahan BuperPalutungan |
Om Irwan, saking takjubnya sering selfie dan ngomong sendiri, beliau mengagumi keindahan bumi palutungan. Takjub dengan segar dan bersihnya udara yang ada di kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai ini.
Jalan setapak berbatu selebar 1 meter jalur menuju Curug Putri |
Masih menapak di jalanan berbatu dan setelah berjalan sekitar 543 m, sampailah kami di gerbang masuk Curug Putri.
Tertulis di Papan Penanda, TNGC Taman Nasional Gunung Ciremai, Obyek Wisata Alam Buper Palutungan, Arboretum dan Air Terjun.
Ternyata sebagian yang kita lalui adalah koleksi dari Arboretum TNGC dan didalam wilayah Buper Palutungan.
Pantas saja beraneka ragam spesies tanaman ada di arboretum ini. Sayangnya tidak ada informasi nama nama dari spesies tumbuhan dan tanaman yang berdiri tegak di sepanjang jalan yang kami lalui.
Nantikan cerita berikutnya, Indahnya Curug Putri, Legenda Air Terjun Berbentuk Sang Putri
Apakah ada penginapan di sekitar buper?
ReplyDeleteAda Bu Novia, sekitar 2 km di bawah palutungan ada beberapa penginapan. Saran saya kalau ada kendaraan, sebaiknya menginap di Kota Kuningan, karena lokasinya dekat.
Delete