Mengabadikan Indahnya Sunrise di Palutungan, Kaki Gunung Ciremai, Kuningan Jawa Barat
Mengabadikan Indahnya Sunrise di Palutungan, Kaki Gunung Ciremai, Kuningan Jawa Barat
Villa di Palutungan dengan latar belakang Pegunungan di Gunung Slamet dan Waduk Darma
Berikutnya foto di Palutungan
Berikutnya foto yang dijepret anggota The SIx Boys lainnya.
Kesan kesan berfoto selama di Palutungan :
Sunrise di Palutungan
Rangkaian perjalanan masih berlanjut sesuai agenda. Setelah menyelesaikan sesi Pemotretan Sunset di Cigugur, Kuningan, berlangsung dengan baik dan kami The Six Boys menganggap 85% dari target rencana terpenuhi.
Kenapa hanya 85% bukan 100%?
Karena spot semburat merah dari Sunset tidak penuh terfoto, tetapi inipun sudah membuat kami senang tiada terkira.
Berikutnya kami di waktu sebelum subuh sudah mempersiapkan segala sesuatunya untuk persiapan memfoto Sunrise di Palutungan.
Selesai sholat subuh, kami sempatkan briefing untuk sesi pemotretan di Palutungan, sebuah desa di lereng Gunung Ciremai.
Apa itu Desa Palutungan?
Palutungan, daerah wisata di Kaki Gunung Ciremai pads ketinggian 1.100 m dpl yang konon diambil dari nama Lutung alias Trachypithecus auralus kalau di Jawa kami menyebutnya Budeng.
Lutung, Salah satu monyet berwarna bulu (rambut) hitam hingga kelabu terkadang kuning emas, berbadan langsing, berekor panjang, telapak tangan tidak berambut. Hidup sebagai binatang siang alias diurnal bergerombol 5 - 20 an ekor.
Ada beberapa wilayah di Palutungan yang masih dibawah pengawasan Taman Nasional Gunung Ciremai, tempat ini sangat indah.
05.11 WIB Waktu Kota Kuningan
Kami mulai berangkat dari hotel menuju kawasan Palutungan. Kali ini Ojo sebagai Putra Daerah Kuningan menjadi pemandu sekaligus pilot tempur untuk pasukan The Six Boys. Kemampuan dan insting lulusan Fakultas Kehuitanan IPB yang survival masih menjiwai semangat berpetualang dan mengexplore alam.
05.47 WIB Waktu Desa Palutungan
Kami mendarat di tempat parkir Buper alias Bumi Perkemahan Palutungan Taman Nasional Gunung Ciremai.
Kami datang pertama sebagai pengunjung yang pertama dan parkir yang pertama pula, memang ada 3 mobil lainnya, dan mereka memang menginap di lokasi.
Kawasan masih sepi dan udara masih terasa sangat segar. Pohon Pinus alias Tusam Pinus merkusii Jungh. et deVries.
Tahukan anda bahwa Pohon Pinus merkusii Jungh. et de Vriese merupakan jenis pinus yang tumbuh asli di wilayah Indonesia dan pertama kali ditemukan dengan nama Tusam oleh seorang ahli botani dari Jerman Dr. F. R. Junghuhn.
Pinus di Indonesia kebanyakan dikelola oleh Perhutani untuk diambil getah terpentinnya dan dimanfaatkan untuk industri cat, industrikosmetik, industri ban, bahan baku tinta. bahan baku plastik alami, bahan baku sabun, dan bahan baku semir serta manfaat untuk kesehatan seperti pereda asma dan bronchitis serta pereda stress.
Terasa oksigen yang masih murni memenuhi rongga pernapasan kami, berasa udara dingin menjalar mengisi relung relung lubang hidung hingga mengisi dan didistribusikan ke seluruh tubuh. Menjadi komponen utama darah, oksigen segar membuat otak berpikir jernih dan berpikir positif.
Perlengkapan foto pun kami turunkan satu persatu, mulai dari tripod (perlengkapan utama) pensupport kamera, tas kamera yang berisi lampu flash, bateray dan external memory serta minuman untuk bekal saat berfoto.
05.52
Kami menuju lokasi pemotretan yang menurut info Om Ojo lokasinya ada di bawah dekat peternakan sapi perah. Mulai berjalan menurun dari Bumi Perkemahan melintas jalan beraspal dan berlubang diantara bunga kecubung Datura metel yang sedang berbunga lebat.
Bunga Kecubung yang berwarna cream orange ini memenuhi hampir seluruh permukaan tanaman. Melihat tanaman kecubung jadi teringat masa kecil saat senang meng adu jangkrik. Sebelum diadu, jangkrik diberi makan buah kecubung dan alhasil sang jangkrik akan menjadi gila dan tidak ada rasa takut melawan jangkrik manapun. Bahkan Sang Jangkrik akan bertanding sampai mati untuk berusaha mengalahkan lawannya.
Baru sekarang saya sedikit paham, kenapa Jangkrik aduan saya menjadi liar dan berani melawan jangkrik musuh manapun. Bagian-bagian kecubung, tetapi terutama bijinya, mengandung alkaloid yang berefek halusinogen dan menyebabkan kegilaan baik sementara atau permaen. Selain itu juga, biji kecubung dapat memicu paralisis dan kematian. Di dalam kecubung juga terkandung senyawa cathinone yang efeknya hampir sama dengan amphetamina serta bersifat stimulan, mengurangi nafsu makan dan euphoria(senang berlebih-lebihan) sehingga menyababkan kecanduan psikologis. Nah, ternyata efek Kecubung memang dahsyat dan membahayakan.
Kami melanjutkan perjalanan. 159 meter dari pintu parkir, kami berbelok ke kanan menuju lorong gang yang cukup indah dan dinaungi pepohonan.
Perjalanan menuju titik lokasi, Photo by Eko |
Dari gang kami masih melanjutkankan perjalanan lagi sekitar 421 meter hingga berhadapan dengan pemandangan yang sangat indah dan menakjubkan.
Perjalanan kami untuk menuju titik lokasi melewati kawasan peternakan sapi perah Bos taurus, kebun rumput gajah Pennisetum purpureum Schumach, kebun jagung Zea mays. kebun tomat Tomat Solanum lycopersicum L, kebun bawang daun Allium fistulosum L, kebun Wortel Daucus carota L, kebun Cengkeh Syzygium aromaticum L dan vegetasi dan fauna yang tidak bisa kami sebut satu persatu.
Udara sangat bersih di suasana pagi yang cerah. Oksigen semakin mahal, dan kami benar benar menikmati berbagai aroma khas dari tanah, air, kotoran sapi, hembusan angin, yang minim sekali dari cemaran asap knalpot.
Tanaman Bawang Daun Allium fistulosum, Photo by Eko |
Om Irwan sampai merasakan betapa leganya hidung sampai bisa merasakan hembusan di hidung berasa mint, karena segarnya udara dingin berhembus melewati saringan vegetasi alami.
Sesekali kami berpapasan dengan peternak yang sedang mencari rumput dan ada beberapa yang sedang membersihkan kandang sapi.
Akhirnya sampailah kami di hadapan luasnya pemandangan yang indah dan menakjubkan. Tak henti hentinya kami mengucap kekaguman atas ciptaan Tuhan. Bersyukur kami masih bisa menyaksikan pemandangan seindah ini.
Tampak Gunung Slamet dengan deretan perbukitannya di ujung sepanjang mata memandang yang masih diselimuti kabut .
Kamera terpasang siap mengabadikan Sunrise Palutung, Photo by Yusti |
Bergegas kami anggota The Six Boys memasang tripod dan berpencar mencari spot masing masing. Sayangnya, saya lupa membawa attactment tripod sehingga kamera tidak bisa dipasang di tipod. Alhasil, saya hanya bisa memandang kesibukan teman teman memotret dan sangat menyesal kenapa bisa ketingglan konektor tripod. Nasib memang belum berpihak sama saya.
Pak Yusti dengan semangat segera memasang tripod dan membidik sasaran foto pilihan yang pastinya tidak salah. Pengalaman beliau malang melintang di dunia fotografi tidak butuh waktu banyak untuk mensetting dan menghasilkan karya karya yang indah dan bernilai fotografi.
Pak Rizal, dengan keahlian fotografi landscapenya sudah tidak asing lagi di kalangan fotografer nasional dan internasional. Pilihan spot dan teknik fotografinya sudah tidak diragukan lagi. Beliau selalu tenang dan bersahaja. Hasil yang berbicara.
Om Irwan selain dengan keahliannya fotografi, beliau juga ahli dan pakar membuat video video berkualitas dan bernilai seni tinggi. Anda bisa menyaksikan foto dan video hasil karya beliau di group The Six Boys.
Sang putra kuningan, Om Ojo, juara bertahan berbagai event fotografi menjadi andalan The Six Boys dalam berbagai kejuaraan fotografi. Di tangan fotografer handal ini, yang hanya sesuatu bisa menjadi indah dan berkelas.
Bang Azis, juga mempersiapkan tripod dan kamera sambil berdiskusi dengan Pak Rizal, spor mana saja yang akan dibidik.
Saya sendiri mencoba belajar fotografi dengan menimba ilmu dari para pakar fotografi di The Six Boys. Lumayan, berteman dan belajar, sehingga penyerapannya semoga lebih cepat dan langsung praktek.
Dari titik yang dipilih dan direkomendasikan oleh Om Ojo Fauzi Nurul Hamzah ini, kami bisa melihat secara berkeliling mulai dari Waduk Darma, Gunung Slamet, Puncak Gunung Ciremai, Kota Kuningan, serta keindahan kehdupan dan suasana yang segar dan alami.
Berikut beberapa hasil jepretan dari kamera teman teman The Six Boys.
Deretan rumah dan villa yang mengisi lereng di salah satu wilayah di Palutungan.
Villa di Palutungan, foto by Rizal |
Berikutnya hasil jepretan anggota The SIx Boys yang lain
Palutungan, Sisi tengah spot foto, photo by Yusti |
Villa dan pegunungan Palutungan, foto by Yusti |
Waduk Darma dan Villa, foto by Yusti |
Berikutnya foto di Palutungan
Om Irwan berlatar belakang Palutungan dan pohon cengkeh, foto By Fauzi |
Berfoto bersama di Palutungan, foto by Ojo Fauzi Nurul Hamzah |
Berikutnya foto yang dijepret anggota The SIx Boys lainnya.
Kumbang Lady bugs Coccinellidae di Palutungan |
Bunga Calliandra dan Belalang di Palutungan |
Kesan kesan berfoto selama di Palutungan :
Tenang, nyaman, santai dan mantap.
Dokumentasi teman teman The Six Boys
Saatnya pulang ke Kuningan.
0 Response to "Mengabadikan Indahnya Sunrise di Palutungan, Kaki Gunung Ciremai, Kuningan Jawa Barat"
Post a Comment
Terima kasih atas kunjungan teman teman, semoga artikel bermanfaat dan silahkan tinggalkan pesan, kesan ataupun komentar.