Plastik Kemasan, antara kemudahan dan bahaya kesehatan dan pencemaran
Seri Pengetahuan
Kebutuhan dan Lingkungan
PLASTIK, ANTARA KEMUDAHAN DAN BAHAYA PENCEMARAN dan KESEHATAN
Bahaya Mengintip dari Plastik kemasan.
Sampah di TPST Bantar Gebang yang didominasi sampah Plastik |
Siapa tidak mengenal plastik, pasti semua mengenal plastik dari berbagai ukuran, berbagai ketebalan, berbagai bahan plastik dan berbagai manfaat.
Sejarah plastik di muka bumi ini diawali oleh Alexander Parkes yang pertama kali memperkenalkan plastik pada sebuah eksibisi internasional di London, Inggris pada tahun 1862. Plastik temuan Parkes disebut Parkesine ini dibuat dari bahan organik dari selulosa. Parkes mengatakan bahwa temuannya ini mempunyai karakteristik mirip karet, namun dengan harga yang lebih murah. Ia juga menemukan bahwa Parkesine ini bisa dibuat transparan dan mampu dibuat dalam berbagai bentuk.
Pada tahun 1933, dua orang ahli kimia organik bernama E.W. Fawcett dan R.O. Gibson yang bekerja di Imperial Chemical Industries Research Laboratory, menemukan Polyethylene. Temuan mereka ini mempunyai dampak yang amat besar bagi dunia. Karena ringan dan tipis, pada masa Perang Dunia II bahan ini digunakan sebagai pelapis untuk kabel bawah air dan sebagai isolasi untuk radar.
Pada tahun 1940 penggunaan polyethylene sebagai bahan isolasi mampu mengurangi berat radar sebesar 600 pounds atau sekitar 270 kg. Setelah perang berakhir, plastik inilah yang menjadi semakin populer, dan saat ini digunakan untuk membuat botol minuman, jerigen, tas belanja atau tas kresek, dan kontainer untuk menyimpan makanan
Polietilena yang disingkat PE adalah termoplastik yang digunakan secara luas oleh konsumen produk sebagai kantong plastik. Sekitar 80 juta metrik ton plastik ini diproduksi setiap tahunnya.
Polietilena adalah polimer yang terdiri dari rantai panjang monomer etilena. Di industri polimer, polietilena ditulis dengan singkatan PE, perlakuan yang sama yang dilakukan oleh Polistirena (PS) dan Polipropilena (PP).
Penggunaan polietilena yang sangat luas menjadi masalah lingkungan yang amat serius. Polietilena dikategorikan sebagai sampah yang sulit didegradasi oleh alam, membutuhkan waktu ratusan tahun bagi alam untuk mendegradasinya secara efisien.
Dalam bidang Industri, sekarang ini utamanya ada enam komoditas polimer yang banyak digunakan, mereka adalah polietilena, polipropilena, polivinil klorida, polietilena tereftalat, polistirena, dan polikarbonat. Mereka membentuk 98% dari seluruh polimer dan plastik yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Masing-masing dari polimer tersebut memiliki sifat degradasi dan ketahanan panas, cahaya, dan kimia.
Saat ini, istilah plastik mencakup produk polimerisasi sintetik atau semi-sintetik. Plastik terbentuk dari kondensasi organik atau penambahan polimer dan bisa juga terdiri dari zat lain untuk meningkatkan kualitas plastik. Ada beberapa polimer alami yang termasuk plastik. Plastik dapat dibentuk menjadi film atau fiber sintetik. Plastik didesain dengan variasi yang sangat banyak dalam properti yang dapat menoleransi panas, keras, ketahanan, dan lain-lain. Digabungkan dengan kemampuan adaptasinya, komposisi yang umum dan beratnya yang ringan, dipastikan plastik digunakan hampir di seluruh bidang industri.
Berikut kode plastik sebagai kemasan atau material
Tahukah Anda bahwa plastik kemasan produk makanan atau minuman mempunyai berbagai macam jenis yang dibedakan dengan kode segitiga yang tercetak pada plastik kemasan tersebut. Apakah Anda menggunakan plastik kemasan untuk mengemas. Jika ya, sudahkah Anda tahu perbedaaan kode segitiga yang terdapat pada kemasan plastik? Dikutip dari “Arti Kode Segitiga Pada Kemasan”, mari kita cermati arti dari kode-kode yang ada pada kemasan plastik.
Botol kemasan makanan dengan kode plastik 1 atau PET |
Kode 1 : PET atau PETE (polyethylene terephthalate)
Kemasan dengan kode ini terbuat dari polyethylene terephthalate. Kemasan plastik ini berwarna jernih/bening, permukaannya halus, tidak mudah rusak atau pecah, bisa dipakai untuk makanan atau minuman panas, dan kuat. PETE mampu menghalangi oksigen, air, dan karbon dioksida keluar atau masuk. Oleh karena itu, PETE sangat cocok dipakai untuk kemasan minuman ringan berkarbonasi (bersoda), air mineral, jus, minuman olahraga, bir, obat kumur, dan saus.
Botol plastik berlabel PETE ini aman digunakan, namun hanya untuk satu kali pemakaian saja. Menggunakan kembali botol plastik yang terbuat dari PETE bisa berbahaya. PETE bisa luntur seiring berjalannya waktu dan larut ke dalam minuman. Selain itu, air pada botol yang digunakan ulang akan muncul racun DEHA yang terbukti menyebabkan masalah hati, masalah reproduksi, gangguan hormon, dan diduga menyebabkan kanker.
Salah satu kemasan buah apel yang menggunakan plastik PETE kode 1, foto 30/06/2021 |
Bahan PETE ini berbahaya bagi pekerja yang berhubungan dengan pengolahan maupun botol daur ulang botol PETE. Pembuatan PETE menggunakan senyawa antimoni trioksida. Senyawa ini bisa masuk ke dalam tubuh melalui sistem pernapasan dengan menghirup udara. Seringnya menghirup senyawa ini bisa mengakibatkan iritasi kulit dan saluran pernapasan. Bagi wanita, senyawa ini meningkatkan masalah menstruasi dan keguguran. Bila melahirkan, anak kemungkinan besar akan mengalami pertumbuhan yang lambat hingga usia 12 bulan.
Salah satu kemasan yang menggunakan Kode Plastik 2 atauHDPE |
Ini adalah kemasan plastik berjenis high-density polyethylene. HDPE memiliki ketahanan kimia yang baik, oleh karena itu, digunakan untuk membuat botol plastik susu atau jus, sampo, conditioner, deterjen, pembersih, oli motor, pemutih, galon air minum isi ulang, dan lain-lain. Botol plastik bertuliskan HDPE aman digunakan lebih dari satu kali.
Kemasan botol Plastik berbahan kode 2 atau HDPE |
Kode 3 : PVC atau V (polyvinyl chloride)
Plastik kemasan Polivinil klorida (PVC) bersifat stabil, kuat, dan fleksibel. PVC yang bersifat fleksibel digunakan untuk pembuatan penampung sampah medis, tirai kamar mandi, shrink wrap (plastik gulung untuk menutup wadah berisi makanan atau bahan mentah), dan bungkus daging. Sedangkan PVC yang kaku untuk membuat bahan bangunan, seperti pipa, dinding, bingkai jendela, dan pagar.
Namun faktanya, PVC dapat menimbulkan ancaman kesehatan yang serius. Bahan kimia untuk membuat botol plastik PVC diklaim bisa menyebabkan kanker dan menghasilkan polusi klorin yang sangat tinggi. Ketika digunakan, zat aditif pada botol plastik berbahan ini dapat terlepas dan membuat manusia terpapar timbal, timah, serta bahan beracun lainnya. Oleh karena itu, PVC tidak diperbolehkan digunakan sebagai bahan pembuatan kemasan plastik tempat makanan dan minuman.
Kode 4 : LDPE atau PE-LD (low-density polyethylene)
Plastik jenis ini relatif keras, fleksibel, dan berwarna transparan. Biasanya, plastik jenis ini digunakan untuk kantong plastik belanja, kantong plastik sampah, cling wrap, stretch film, tutup minuman, pelapis kertas karton susu, dan mainan.
Kode Plastik LDPE yang ada di Botol Minuman Bersepeda saya 30/06/2021 |
Plastik tipe LDPE cokelat (thermoplastic/dibuat dari minyak bumi), biasa dipakai untuk tempat makanan, plastik kemasan, botol-botol yang lembek, pakaian, mebel, dll. Sifat mekanis jenis LDPE ini adalah kuat, tembus pandang, Fleksibel dan permukaan agak berlemak, pada suhu 60 derajat sangat resisten terhadap reaksi kimia, daya proteksi terhadap uap air tergolong baik, dapat didaur ulang serta baik untuk barang-barang yang memerlukan fleksibelitas tapi kuat. Barang berbahan LDPE ini sulit dihancurkan, tetapi tetap baik untuk tempat makanan karena sulit bereaksi secara kimiawi dengan makanan yang dikemas dengan bahan ini. LDPE, dapat didaur ulang dengan banyak cara.
Kode 5 : PP (polypropylene)
Jenis bahan plastik ini tahan dengan suhu tinggi. Jenis kemasan berbahan polypropylene ini sering kali digunakan untuk tempat menyimpan makanan, botol minum, botol minuman bayi, wadah yoghurt dan margarin, bungkus makanan, botol obat, saus, dan sirup. Ini jenis plastik yang sangat aman untuk digunakan sebagai tempat makanan dan minuman.
Carilah dengan kode angka 5 bila membeli barang berbahan plastik untuk menyimpan kemasan berbagai makanan dan minuman. PP dapat diolah kembali menjadi garpu, sapu, nampan, dan lain-lain.
Kode 6 : PS (polystyrene)
Kemasan plastik berbahan polystyrene ini bisa dipakai dalam pembuatan cangkir, piring, mangkuk, sendok, garpu, kontainer plastik, botol, tempat makan styrofoam, tempat minum sekali pakai, dan sebagainya. Namun, kemasan plastik berkode 6 ini dianjurkan untuk dihindari karena dapat membahayakan kesehatan dan sulit didaur ulang. PS mengandung bahan beracun yang diduga dapat mengakibatkan iritasi mata, masalah pencernaan, kanker, dan kerusakan pada sistem saraf.
Bahan ini harus dihindari, karena selain BERBAHAYA UNTUK KESEHATAN OTAK, MENGGANGGU HORMON ESTROGEN pada wanita yang berakibat pada masalah reproduksi, dan pertumbuhan dan sistem syaraf, juga karena bahan ini sulit didaur ulang. Pun bila didaur ulang, bahan ini memerlukan proses yang sangat panjang dan lama. Bahan ini dapat dikenali dengan kode angka 6, namun bila tidak tertera kode angka tersebut pada kemasan plastik, bahan ini dapat dikenali dengan cara dibakar (cara terakhir dan sebaiknya dihindari). Ketika dibakar, bahan ini akan mengeluarkan api berwarna kuning-jingga, dan meninggalkan jelaga.
Kode 7 : OTHER atau O
Jika botol plastik yang Anda miliki berlabel OTHER di bagian bawahnya, ini berarti tempat minum tersebut tidak terbuat dari enam bahan di atas.
Bahan untuk jenis plastik 7 Other ini ada 4 macam, yaitu:
1. SAN, styrene acrylonitrile.
2. ABS, acrylonitrile butadiene styrene.
3. PC, polycarbonate.
4. Nylon.
Kode Other, salah satu kode plastik yang ada di Botol minum saya, 30/06/2021 |
Dapat ditemukan pada tempat makanan dan minuman seperti botol minum olahraga, suku cadang mobil, alat-alat rumah tangga, komputer, alat-alat elektronik, dan plastik kemasan.
Botol Plastik kode Other dengan BPA Free digunakan untuk bahan pembuat botol minuman |
SAN dan ABS memiliki resistensi yang tinggi terhadap reaksi kimia dan suhu, kekuatan, kekakuan, dan tingkat kekerasan yang telah ditingkatkan. Biasanya terdapat pada mangkuk mixer, pembungkus termos, piring, alat makan, penyaring kopi, dan sikat gigi, sedangkan ABS biasanya digunakan sebagai bahan mainan lego dan pipa. Merupakan salah satu bahan plastik yang sangat baik untuk digunakan dalam kemasan makanan ataupun minuman.
PC atau nama Polycarbonate dapat ditemukan pada botol susu bayi, gelas anak batita (sippy cup), botol minum polikarbonat, dan kaleng kemasan makanan dan minuman, termasuk kaleng susu formula. PC Dapat mengeluarkan bahan utamanya yaitu Bisphenol-A ke dalam makanan dan minuman yang berpotensi merusak sistem hormon, kromosom pada ovarium, penurunan produksi sperma, dan mengubah fungsi imunitas. Dianjurkan tidak digunakan untuk tempat makanan ataupun minuman
Simbol plastik daur ulang pada dasarnya dirancang untuk membantu staf di pusat daur ulang, agar dapat memisahkan bahan untuk diproses dengan baik.
Pengetahuan dasar lambang ini juga dapat membantu kita dalam memastikan apakah barang plastik di rumah aman untuk kita dan anak-anak kita. Pastikan juga Anda menggunakan plastik kemasan yang tepat untuk produk makanan atau minuman dan jangan lupa untuk menggunakan produk Powerpack sebagai mesin pengemas produk Anda.
Berhati-hatilah dalam menggunakan plastik, khususnya kode 1, 3, 6 dan 7 (PC), sebab seluruhnya memiliki bahaya secara kimiawi. Gunakan hanya sekali pakai saja. Cukup aman bila menggunakan plastik dengan kode 2, 4, 5 dan 7 (SAN atau ABS).
Meski praktis, ringan, dan tahan lama, ada bahaya tersembunyi dari plastik, terutama terkait kemasan makanan. Disarankan untuk mencermati bahan
pembuat plastik serta tak menggunakan untuk makanan panas dan lemak.
Saat ini, kehidupan manusia tak terlepas dari plastik, mulai dari material pem-
bangunan rumah, vinil pelapis lantai, furnitur, peralatan medis, mainan, hingga peralatan makan dan kemasan makanan. Meski praktis, ringan, dan tahan lama,
ada bahaya tersembunyi dari plastik, terutama terkait kemasan makanan.
Ada berbagai jenis plastik yang digunakan sebagai kemasan makanan dan minuman, mulai dari botol, gelas, kotak bekal, kotak kemasan makanan, kantong plastik, hingga tas keresek.
Menurut Russ Hauser, Kepala Departemen Kesehatan Lingkungan Universitas Harvard, Amerika Serikat (AS), di laman kesehatan universitas tersebut, Desember 2019, plastik tidak hanya satu jenis. ”Ada banyak jenis plastik,”
katanya.
Jenis plastik yang berbeda memiliki nama berbeda berdasarkan komposisinya, seperti polipropilen, polietilen, polietilen tereftalat, dan polikarbonat. Selain itu, juga mengandung berbagai bahan kimia dengan sifat berbeda, seperti
zat yang membuat fleksibel, antioksidan, dan pewarna.
”Kita berbicara tentang paparan bahan kimia dosis sangat rendah,” ujar Hauser. ”Meskipun paparan tunggal terhadap bahan kimia tertentu kecil, jika terjadi berulang kali dalam jangka waktu lama, efeknya menumpuk dan bisa menimbulkan gangguan kesehatan yang merugikan.
Selain itu, kita terpapar banyak bahan kimia secara bersamaan yang mungkin memiliki efek merugikan.” Penelitian tahun 2011 yang diterbitkan dalam Environmental Health Perspectives melaporkan, pengujian terhadap produk plastik yang tersedia secara komersial berlabel bebas BPA mendapatkan, hampir semua menguraikan zat kimia yang diketahui memiliki aktivitas estrogenik, yakni
memengaruhi konsentrasi hormon estrogen dalam darah. Hal ini berisiko mengganggu kesuburan.
Sementara itu, Lisa Zimmermann dan kolega dari Jerman dan Norwegia meneliti produk plastik untuk konsumen yang mencakup delapan jenis polimer utama. Penelitian yang dipublikasi di Environmental Science & Technology, 5 Agustus
2019 melaporkan, sebagian besar (74 persen) dari 34 ekstrak plastik mengandung bahan kimia yang memicu setidaknya satu hal, termasuk toksisitas
dasar (62 persen), stres oksidatif (41persen), sitotoksisitas (32 persen), estrogenisitas (12 persen), dan antiandrogenisitas (27 persen).
Ekstrak polivinil klorida (PVC) dan poliuretan (PUR) menyebabkan toksisitas tertinggi. Adapun polietilen tereftalat (PET) dan polietilen densitas tinggi (HDPE) menunjukkan toksisitas rendah atau tidak menyebabkan toksisitas. Toksisitas dasar tinggi terdeteksi di semua ”bioplastik” yang terbuat dari asam polilaktik (PLA). Sementara toksisitas polietilen densitas rendah (LDPE), polistiren (PS), dan polipropilen (PP) bervariasi.
Penelitian menunjukkan, plastik konsumen mengandung senyawa beracun dalam penelitian di laboratorium, tetapi sebagian besar tidak teridentifikasi. Karena risiko senyawa yang tidak diketahui tidak dapat diperkirakan, menurut peneliti, hal itu menjadi tantangan bagi produsen, otoritas kesehatan masyarakat, dan peneliti untuk memastikan lebih lanjut.
Risiko bagi anak Bahaya plastik juga dikemukakan Leonardo Trasande, Direktur Pusat Investigasi Bahaya Lingkungan di Fakultas Kedokteran Grossman, Universitas New York, AS. Ia mengacu pada bahan tambahan pembuatan plastik, seperti bisfenol A (BPA) dan ftalat.
Trasande bersama Rachel M Shaffer dan Sheela Sathyanarayana menulis pernyataan kebijakan dari Perhimpunan Dokter Anak Amerika (American Academy of Pediatrics/AAP) pada 2018 tentang risiko bahan tambahan makanan dan bahan
kimia kontak terhadap bayi dan anak.
Menurut AAP, pemanfaatan bahan kimia berbahaya semakin memprihatinkan, di antaranya BPA yang digunakan melapisi wadah logam untuk mencegah korosi, ftalat yang sering digunakan dalam bahan perekat, pelumas, membuat plastik kemasan lebih fleksibel dan tahan lama, serta sejumlah bahan kimia lain.
Hasil penelitian menunjukkan, BPA dalam konsentrasi rendahyang ditemui orang dalamkehidupansehari-hari bisa memicu konversi sel menjadi adiposit (liposit dan sel lemak yang menyusun jaringan adiposa, tempat energi disimpan dalam bentuk lemak), mengganggu fungsi sel beta pankreas, dan memengaruhi transportasi glukosa dalam adiposit.
Adapun ftalat dimetabolisme menjadi zat-zat kimia yang memengaruhi ekspresi pengatur utama metabolisme lipid dan karbohidrat, serta menimbulkan resistensi insulin (bagian dari sistem endokrin) pada penelitian di laboratorium.
”Sejumlah penelitian menunjukkan efek metabolik serupa pada manusia. Beberapa ftalat terkenal menghambat androgen (hormon laki-laki dalam tubuh) dan dapat memengaruhi perkembangan reproduksi janin,” demikian pernyataan AAP.
Mengingat sistem metabolisme dan kemampuan detoksifikasi anak masih berkembang, sistem organ utama sedang mengalami perubahan substansial dan perkembangan yang rentan terhadap gangguan, maka potensi gangguan sistem endokrin menjadi keprihatinan. Dikhawatirkan paparan zat-zat kimia itu bisa memicu diabetes dan obesitas pada anak.
Laman Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (CDC) AS, 5 April 2021, menyebutkan, peneliti lembaga itu mengukur 13 metabolit ftalat dalam urine dari 2.636 orang berusia 6 tahun ke atas yang mengambil bagian dalam Survei
Pemeriksaan Kesehatan dan Gizi Nasional (NHANES) selama 2003-2004.
Hasilnya menunjukkan, paparan ftalat tersebar luas di masyarakat AS. Perempuan dewasa memiliki tingkat metabolit ftalat lebih tinggi dalam urine dibandingkan dengan pria. Hal itu mengingatftalat digunakan dalam sabun mandi, sampo, dan kosmetik.
Dinyatakan pula, beberapa jenis ftalat terbukti memengaruhi sistem reproduksi pada hewan. Efek kesehatan manusia dari paparan ftalat tingkat rendah belum begitu jelas. Karena itu, diperlukan lebih banyak penelitian untuk menilai efek kesehatan manusia terkait paparan ftalat.
Pengganti BPA yang digunakan dalam produk yang dipasarkan sebagai ”bebas BPA”, yakni BPS (bisfenol S) dan BPF (bisfenol F), diperkirakan memiliki efek serupa dengan BPA. Hasil penelitian Universitas Texas dan Washington State University mendapatkan, dengan dosis satu bagian per triliun, BPS dapat mengganggu fungsi sel. Sebuah penelitian tahun 2019 dari Universitas New York mengaitkan obesitas pada anak-anak dengan BPS dan BPF.
Tahun 1988, industri plastik menghasilkan kode identifikasi standar untuk tujuh jenis resin plastik yang paling umum beredar. Angka-angka kecil yang ditemukan di bagian bawah botol soda dan wadah yogurt memberi petunjuk tentang jenis plastik wadah makanan atau minuman yang digunakan. Sebagian besar wadah makanan itu terbuat dari polietilen densitas rendah atau polipropilen.
Para peneliti tidak yakin seberapa banyak paparan bahan kimia dari kemasan makanan danwadah penyimpanan, yang pasti plastik bukan bahan yang stabil. Menurut Trasande, saat terkena panas, misalnya di microwave, polietilen dan
polipropilen dapat terurai, melepaskan bahan kimia yang tidak diketahui ke makanan dan minuman. Tanpa panas pun, makanan berminyak mampu menguraikan sejumlah bahan kimia plastik.
Masalahnya, peraturan Badan Pengawas Makanan dan Obat (FDA) menyatakan, produsen plastik bebas menentukan label produknya. Apakah ”aman untuk microwave” atau ”aman untuk mesin cuci piring”, atau bahkan ”dapat digunakan kembali” tanpa dievaluasi.
Karena itu, AAP mengingatkan, meski berlabel ”aman untuk microwave dan mesin pencuci piring”, tetapi panas tidak aman untuk plastik. Suhu tinggi bisa memutus ikatan kimia dalam plastik dan meningkatkan perpindahan zat kimia dari wadah plastik ke makanan. Organisasi itu menyatakan, perlu dilakukan lebih banyak penelitian dengan memanfaatkan keahlian dan evaluasi teknis dari lembaga
lain serta pembenahan aturan FDA.
Demi keamanan anak-anak, AAP menyarankan orangtua untuk menghindari penggunaan plastik di microwave dan mencuci dengan mesin pencuci piring. Gunakan wadah kaca atau keramik. Selain itu biasakan mengecek kode daur ulang di bagian bawah produk untuk mengetahui jenis plastik.
Hindari plastik dengan kode daur ulang 3 (ftalat), 6 (stirena), dan 7 (bisfenol) kecuali jika plastik diberi label ”biobased” atau ”greenware” yang menunjukkan produk terbuat dari jagung dan tidak mengandung bisfenol.
Saran lain, jangan menyimpan makanan berlemak atau berminyak dalam plastik, banyak bahan kimia dalam plastik dapat larut dalam lemak. Kurangi botol air plastik yang berkontribusi pada penyebaran mikroplastik di alam
Semoga Bermanfaat dan semakin bijak menggunakan kemasan Plastik
0 Response to "Plastik Kemasan, antara kemudahan dan bahaya kesehatan dan pencemaran"
Post a Comment
Terima kasih atas kunjungan teman teman, semoga artikel bermanfaat dan silahkan tinggalkan pesan, kesan ataupun komentar.