Pengalaman Ziarah Makam Sunan Muria dan Masjid Sunan Muria di Pegunungan Muria
Sunan Muria, Wali Songo dari Gunung Muria, Kudus
Daftar Isi
Para Peziarah di Makam Sunan Muria, di Gunung Muria |
Sunan Muria
Pengalaman berikutnya setelah penempatan bekerja saya di Kabupaten Kudus adalah berziarah ke Makam Sunan Muria, yang berada di Gunung Muria, Kudus.Area Makam Sunan Muria di puncak Gunung Muria |
Ada 2 penyebar dan pendakwah agama Islam yang berada di wilayah Kabupaten Kudus, yaitu Sunan Muria atau Raden Umar Said dan Sunan Kudus atau Ja'far Shodiq yang masuk dalam Wali Songo
Sunan Muria merupakan putra Sunan Kalijaga, Sunan Muria yang bernama asli Raden Umar Said atau Raden Said mewarisi darah seni ayahnya. Beliau lahir pada tahun 1450 dan dianggap sebagai sunan termuda di antara para Wali Songo lainnya. Dalam menyebarkan Islam, Sunan Muria melestarikan seni gamelan dan boneka sebagai sarana dakwah dan menciptakan beberapa lagu dan tembang untuk mempraktikkan ajaran Islam.
Sunan Kudus bernama asli Ja'far Shadiq, beliau lahir pada tahun 1400. Wilayah dakwahnya adalah di Kudus, Jawa Tengah. Sunan Kudus terkenal tegas dalam menegakkan ajaran syariat Islam. Di masanya, beliau dikenal sebagai eksekutor Ki Ageng Pengging dan Syaikh Siti Jenar. Strategi dakwah yang digunakan Sunan Kudus untuk menyebarkan Islam adalah dengan mendekati masyarakat melalui kebutuhan mereka. Beliau mengajarkan alat-alat pertukangan, kerajinan emas, membuat keris pusaka, dan lain sebagainya.
Profil Sunan Muria
Sunan Muria, lahir dengan nama Raden Umar Said, adalah tokoh Walisanga, putra dari Raden Said (Sunan Kalijaga) dengan Dewi Saroh, putri SyekhMaulana Ishaq, Dewi Saroh juga keturunan trah Sultan Malikussaleh Kesultanan Samudera Pasai dari jalur ibu Sultanah Pasai.
Nama Sunan Muria sendiri diperkirakan berasal dari nama gunung, Gunung Muria, yang terletak di sebelah utara kota Kudus, Jawa Tengah, tempat Sunan Muria dimakamkan. Sunan Muria wafat pada tahun 1560 M.
Sunan Muria menikah dengan Dewi Sujinah putri Sunan Ngudung, adik dari Sunan Kudus dan Sunan Muria menikah dengan dewi Roroyono Putri Ki Ageng Ngerang dan Nyai Ageng Ngerang.
Sunan Muria menikah dengan dewi sujinah dikaruniai seorang anak bernama Raden Saridin,Syech Jangkung/Waliyullah Sunan Landoh.
Sedangkan, pernikahan Sunan Muria dengan dewi Roroyono Putri Ki Ageng Ngerang dan Nyai Ageng Ngerang dikaruniai tiga orang anak sunan nyamplungan, raden ayu nasiki,pangeran santri, Salah satu putra Sunan Muria yang terkenal ialah Panembahan Pangulu Pangeran Jogodipo, yang makamnya berada satu kompleks di Colo.
Perjalanan menuju Makam Sunan Muria
Perjalanan menuju Kompleks Makam Sunan Muria saya mulai dari Kota Kudus. Dari Kota Kudus sekitar 20 km menuju pegunungan Muria yang tepatnya di Desa Colo, Kecamatan Dawe.
Papan kedatangan Wisata Religi Masjid dan Makam Sunan Muria, di Gunung Muria |
Bersama teman teman sekitar pukul 09.00 kami sudah sampai di gerbang pendakian anak tangga. Sebelumnya kami sudah sepakat akan berangkat melalui jalur anak tangga yang harus dilalui untuk menuju Kompleks Makam Sunan Muria. Pulangnya kami akan naik ojek menuju lokasi kumpul di lereng Gunung Muria. Sip dan sepakat. Siapkan fisik dan energi.
Ojek, salah satu transportasi menuju Makam Sunan Muria, di Gunung Muria |
Makam Sunan Muria merupakan salah satu bukti arkeologis yang berkenaan dengan masa awal perkembangan Islam di Jawa khususnya di wilayah Kudus, Pati dan sekitarnya. Kompleks Makam Sunan Muria berada di Bukit Muria yang terletak di Desa Colo, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus, Provinsi Jawa Tengah dan berada pada ketinggian lebih dari 1600 meter di atas permukaan laut.
Kami sepakat akan bersama sama menghitung jumlah anak tangga yang dilalui hingga kompleks makam Sunan Muria.
Mejelang tangga naik terdapat papan yang bertuliskan Selamat Datang Di Kawasan Wisata Religi Masjid dan Makam Sunan Muria Kudus. Mengapa menjadi Wisata Religi, karena Sunan Muria adalah salah seorang penyebar Islam di Jawa yang tergabung dalam kelompok Wali Songo. Wilayah dakwah Sunan Muria meliputi Kudus, Pati dan sekitarnya terutama di daerah-daerah pedalaman seputar Gunung Muria. Menurut latar belakang sejarah, ada beberapa versi mengenai silsilah Sunan Muria. Versi pertama menyebutkan bahwa Sunan Muria mempunyai nama kecil R. Umar Said yang merupakan anak Sunan Kalijaga dari istrinya yang bernama Dewi Saroh putri Maulana Ishak. Sunan Muria menikah dengan Sujinah anak dari Sunan Ngudung R. Usman Haji. Menurut cerita versi pertama ini, Sunan Muria memiliki hubungan kekerabatan dengan Sunan Kudus Jafar Shadiq, yaitu saudara ipar karena Sunan Kudus adalah kakak Dewi Sujinah istri Sunan Muria.
Untuk Ziarah ke Makam Sunan Kudus akan saya tampilkan di tulisan lain dalam blog ini.
Saat menapak tangga pertama, kami sudah disambut oleh pedagang yang berjualan di badan tangga.
Memasuki lorong tangga, kami disambut lebih ramai lagi pedagang yang berjualan di kios kios yang sudah disediakan oleh pengelola.
Aneka jajanan yang dijual Pedagang di Makam Sunan Muria, Gunung Muria |
Sampai anak tangga ke 132, kaki mulai terasa berat. Ternyata anak tangga yang kami lalui ukurannya tidak sama, ada yang standar ukuran tangga sekitar 20 cm dan ada yang sangat tidak standar bisa lebih dari 1 meter.
Tangga menuju di Makam Sunan Muria, Gunung Muria yang harus dilalui Peziarah yang tidak naik Ojek |
Saat kami melintas, kami bertemu dengan peziarah yang bersama sama naik menuju ke Makam Sunan Muria dan peziarah yang turun setelah berziarah ke Makam Sunan Muria.
Foto para Pedagang dan jenis dagangan yang dijual di sepanjang tangga naik akan saya tampilkan di dokumentasi supaya saya bisa menceritakan perjalanan ini lebih singkat meskipun jalur tangga yang kami lalui tidak singkat.
Para Peziarah di lorong tangga menuju Makam Sunan Muria, di Gunung Muria |
Jejak anak tangga berikutnya, saya sudah lupa menghitung karena berpacu dengan napas yang sudah tersengal sengal. Ini pentingnya olah raga untuk melatih fisik.
Sempat berpikir untuk naik ojek, karena di 3 titik saya perhatikan ada papan informasi yang menggoda. Ya, naik ojek jika anda kelelahan.
Tapi niat dan semangat memotivasi saya untuk tetap menapak menuju Makam Sunan Muria. Harus sampai dengan kekuatan dan sendiri. Mantap.
Tersedia toilet di beberapa titik untuk Para Peziarah di Makam Sunan Muria, Gunung Muria |
Sepanjang tangga juga tersedia toilet untuk pengunjung yang ingin menunaikan hajatnya baik buang air kecil maupun air besar. Saya berpikir, hal ini sangat diperlukan karena peziarah datang dari berbagai daerah yang mungkin selama perjalanan menggunakan kendaraan baik bus maupun kendaraan pribadi tidak sempat membuangnya dan berikutnya dihadapkan dengan jalur tangga yang menanjak.
Titik ujung pertemuan antara Para Peziarah pejala n dan pengguna ojek di Makam Sunan Muria, Gunung Muria |
Setelah sekitar lebih kurang 0.5 km an kami menanjak atau sekitar 500 an anak tangga, sampailah kami di titik terang dan terbuka.
Titik ini merupakan titik tempat turun bagi pengunjung yang naik ojek alias menghindari tantangan naik melalui ribuan ruas anak tangga yang tidak beraturan dan agak licin.
Tapi pengalaman naik ke titik ini dengan berjalan kaki memberikan sensasi yang luar biasa dengan menyaksikan para pedagang souvenir, makanan, peralatan dapur, mainan, peralatan ibadah dan pedagang lainnya serta pejalan kaki dari berbagai penjuru Indonesia.
Bersama teman teman Peziarah Makam Sunan Muria, di Gunung Muria |
Kami beristirahat sejenak di Mushola sambil menikmati jajanan khas di Kawasan Makan Muria.
Kondisi mendung dan rintik rintik hujan memang membuat kami tetap segar, Alhamdulillah masih tetap semangat.
Jalur tangga Peziarah menuju Makam Sunan Muria, di Gunung Muria yang lebih rapi dibandingkan tangga di bawah |
Setelah cukup beristirahat, kami pun melanjutkan perjalanan menuju Makam Sunan Kudus. Saya menyimpan Kamera kesayangan Nikon dan mulai mengabadikan dengan HP.
Sampai titik ini, rencana kami menghitung tangga sudah berantakan dan fokus tetap mencapai titik makam Sunan Muria. Saya tanya teman teman, apakah masih menghitung jumlah tangga. Sudah lupa, ada yang jawab sambil ngunyah jajan pentol dan siao mai ha...ha...ha...
Jalur tangga Para Peziarah menuju Makam Sunan Muria, di Gunung Muria, rapi dan lebih standar |
Selanjutnya kami melanjutkan perjalanan menapak tangga berikutnya menuju ke Makam Sunan Muria.
Lorong tangga yang lebih lebar dan seperti dibagi menjadi 2. Tangga sebelah kanan dan tangga sebelah kiri serta bagian tengah yang lebih luas. Dugaan saya pada saat waktu tertentu, pengunjung yang berziarah ke Makam Sunan Muria penuh sehingga disediakan jalur yang lebih luas.
Para pedagang yang lebih rapi memenuhi kanan kiri tangga jalan naik, dan berikut saya tampilkan beberapa foto yang menjadi ciri khas di saat menaiki tangga ke Makam Sunan Muria.
Pedagang yang menyediakan botol dan jerigen untuk Peziarah di Makam Sunan Muria, di Gunung Muria |
Pedagang tempat air Jerigen dan Botol Air Mineral menyambut kami di awal perjalanan dan berikutnya buah khas Muria yang dikenal sebagai Parijotho alias Medinilla speciosa.
Buah Parijotho dan Sirup Parijotho yang dijual pedagang untuk Para Peziarah di Makam Sunan Muria, Gunung Muria |
Buah berwarna merah Parijotho atau yang dikenal sebagai Anggur Asia alias Showy Asian Grapes merupakan tanaman langka yang banyak tumbuh di pegunungan Muria Kabupaten Kudus dan sangat cocok untuk Ibu yang sedang mengandung karena dipercaya siapa saja yang makan buah ini akan mendapatkan keturunan yang sempurn, sehat, cantik dan tampan dan pasangan suami istri yang lama belum mempunyai keturunan lantaran makan buah Parijotho ini akan mendapatkan keturunan karena mampu menyuburkan kandungan. Insya Allah.
Para Pedagang di Makam Sunan Muria, Gunung Muria |
Pedagang di Makam Sunan Muria, Gunung Muria yang menjual aneka makanan khas dan bibit Parijotho |
Selain nilai sejarah dan cerita yang diyakini dan turun temurun dari masa Sunan Muria, buah Parijotho secara medis sudah diteliti dan memang memiliki kandungan senyawa Kardenolin, Saponin, Flavonoid dan Tannin yang memang bermanfaat untuk tubuh manusia sebagai Antioksidan. Informasi mengenai Parijotho akan saya sampaikan di tulisan berikutnya.
Prijotho, Sirup Prijotho, Jeruk Pamelo dan Bibit Parijotho yang dijual pedagang di Makam Sunan Muria, Gunung Muria |
Sampai di ujung tangga naik yang bertuliskan Masjid dan Makam.
Jalur dan papan nama menuju Makam dan Masjid Sunan Muria untuk memudahan Para Peziarah di Makam Sunan Muria, Gunung Muria |
Sebenarnya kami terlebih dahulu mengambil jalan ke arah masjid tapi dalam cerita ini saya balik menuju ke arah Makam terlebih dahulu karena ternyata ujungnya perjalanan Ziarah Makam Sunan Kudus adalah Masjid yang kami kunjungi terlebih dahulu.
Di pintu menuju makam, banyak pedagang tas plastik yang berfungsi untuk membungkus dan membawa alas kaki yang akan dibawa ke dalam. Saya pun membeli kantong plastik ini seharga Rp. 2.000 per lembar dan saya membayar Rp. 7.000 untuk 4 lembar kantong plastik.
Kamipun melepas sepatu salah satu kesayangan saya untuk masuk kantong plastik dan membawanya masuk.
Pedagang plastik untuk membawa alas kaki, baik sendal, sepatu untuk Para Peziarah di Makam Sunan Muria, Gunung Muria |
Memulai perjalanan memasuki Area Makam Sunan Muria sambil menenteng alas kaki menapak lantai tegel yang dingin.
Ziarah Makam Sunan Muria
Memulai dari lorong yang berlantai tegel atau teraso, kami memasuki area makam Sunan Kudus. Berbagai tulisan dan informasi terkait tata tertib memasuki makam tertulis dengan jelas.
Papan informasi pertama adalah mengenai Pelayanan Ziarah ke Makam Sunan Muria. Peziarah bisa masuk dengan ketentuan - sepertinya masih belum dirubah sejak Pandemi Covid 19. Memakai Masker, Mencuci tangan dan berwudlu, melakukan cek suhu badan, menjaga jarak dan dilarang berjabat tangan.
Papan petunjuk bagi Para Peziarah di Makam Sunan Muria, di Gunung Muria |
Papan Informasi kedua adalah mengenai Pelayanan Ziarah ke Makam Sunan Muria dan mungkin masih terkait Pandemi dan diakhir informasi dituliskan Ketentuan ini sebagai ikhtiar memutus penyebaran Covid 19 dan berlaku sampaidengan waktu yang belum ditentukan. Hingga saya berkunjung, peraturan ini masih tertempel tetapi sudah banyak pengujung yang tidak memenuhi aturan.
Papan Petunju Para Peziarah di Makam Sunan Muria, di Gunung Muria |
Informasi ketiga saat memasuki area gerbang Makam Sunan Muria adalah Perhatian bahwa semua tamu atau pengunjung Makam Sunan Muria sebelum masuk lokasi Makam diharap berwudhu atau cuci tangan
Petunjuk melepas alas kaki bagi Para Peziarah di Makam Sunan Muria, di Gunung Muria |
Berwudlu sebelum memasuki area Makam bagi Para Peziarah di Makam Sunan Muria, di Gunung Muria |
Selesai berwudhu lanjut menaiki tangga naik menuju makam Sunan Muria. Pintu gerbang masuk terbuat dari ukiran kayu jati yang sangat indah dan berbahan kayu jati yang terpilih.
Pintu masuk ke Area makam di Makam Sunan Muria, di Gunung Muria |
Selamat datang di Makam Sunan Muria, di Gunung Muria |
Di ujung lorong gang terdapat tulisan Selamat datang di Makan Sunan Muria dan dibawahnya tertulis Tata Tertib memasuki Makam Sunan Muria.
Selamat datang bagi Para Peziarah di Makam Sunan Muria, Gunung Muria |
Papan Tata tertib Para Peziarah di Makam Sunan Muria, Gunung Muria |
Mengenai dari isi Tata Tertib Ziarah di Makam Raden Umar Said Kangjeng Sunan Muria dapat di baca di bawah ini.
Tata Tertib yang harus dipatuhi Para Peziarah di Makam Sunan Muria, Gunung Muria |
Berikutnya kami memasuki semacam lorong antrian dan di dindingnya saya temui paling tidak ada 5 informasi yang bertuliskan Maaf! Jangan Meludah di sini. Sepertinya tulisan larangan ini dipasang karena banyak peziarah yang meludah sembarangan. Dasar tidak suka kebersihan.
Laarangan Meludah bagi Para Peziarah di Makam Sunan Muria, di Gunung Muria |
Di ujung lorong, terdapat petunjuk ke Makam, saya mengerti tulisan petetunjuk ini dipasang karena ada beberapa lorong yang berada di ruangan ini. Takut peziarah tersesat.
Papan Arah ke Makam petunjuk bagi Para Peziarah di Makam Sunan Muria, Gunung Muria |
Himbauan untuk menjaga jarak dan memakai masker hampir tertempel di setiap ujung dinding. Tapi saya melihat banyak pengunjung yang tidak mematuhi himbauan ini.
Pendaftaran bagi Para Peziarah di Makam Sunan Muria, di Gunung Muria |
Setelah mengikuti lorong sampailah kami di area seperti aula yang cukup luas dengan pagar kayu, sepertinya untuk menampung antrian saat memasuki area Makam Sunan Muria.
Antrian Para Peziarah di pintu masuk Makam Sunan Muria, di Gunung Muria |
Saya pun ikut antri bersama para Peziarah lain. Dari logat bicaranya ada yang dari Palembang, Padang, Madura dan beberapa suku yang ada di Indonesia.
Mereka membicarakan perjalanan hingga sampai ke Makam Sunan Kudus. menunggu sekitar 15 menit, saya pun akhirnya bergerak bersama rombongan memasuki Area Makam Sunan Kudus.
Yang menarik perhatian saya, ada papan informasi yang bertuliskan Hanya Berdoa/Memohon kepada Allah SWT. Maksudnya disini supaya kita tidak berlaku syirik dan memuja benda benda.
Himbauan bagi Para Peziarah, Hanya berdoa kepada Allah SWT di Makam Sunan Muria, di Gunung Muria |
Motivasi untuk berziarah menurut saya pasti berbeda beda tetapi intinya adalah mendoakan Sunan Muria dan mendapatkan karomahnya. Hal hal terkait ziarah di Makam Sunan Muria bisa berhubungan dengan
1. Untuk Mengingat mati dan akhirat
2. Untuk mendoakan almarhum
3. Untuk mendapatkan keberkahan dan karamah
4. Memenuhi hak ahli kubur yang diziarahi, seperti ke makam orang tua
Ada keyakinan dari masyarakat yang datang ke sana bahwa dengan berziarah dan berdoa di makam Sunan Muria, maka segala keinginan pasti akan terkabul. Bahkan bagi beberapa kalangan, mereka meyakini bahwa karomah dari Sunan Muria bisa meningkatkan derajat, dan kedudukan. Karena itu tak jarang yang datang ke sana adalah orang-orang dari golongan pejabat. Selanjutnya bagi para pedagang, berdoa di makam ini konon adalah jaminan kesuksesan dalam usaha yang dijalankannya, selain itu bagi peziarah yang lama belum mendapatkan keturunan, maka dimudahkan beliau dalam mendapatkan keturunan dengan berdoa kepada Allah melalui tawassul kepada Sunan Muria.
Silahkan pilih tujuan Anda dan tambahkan jika masih ada yang lain.
Suasana Khidmat Para Peziarah yang berdoa di Makam Sunan Muria, di Gunung Muria |
Saat memasuki area makam, sayup sayup terdengar dengan jelas lantunan doa dan ayat suci dari para peziarah.
Para Peziarah di Makam Sunan Muria, di Gunung Muria |
Saya pun segera bersimpuh di dekat makam dan mendoakan Sunan Muria supaya diberikan tempat terindah di sisi Allah SWT.
Di dekat Makam Sunan Muria ada beberapa makam yang menurut informasi Di sebelah timur makam itu terdapat nisan yang konon menjadi makam putri Sunan Muria, Raden Ayu Nasiki.
Makam di sekitar Makam Sunan Muria, di Gunung Muria |
Sementara di sebelah barat dinding belakang masjid terdapat makam Panembahan Pengulu Jogodipo yang merupakan putra sulung dari Sunan Muria.
Jalur pintu keluar bagi Para Peziarah di Makam Sunan Muria, di Gunung Muria |
Setelah selesai, kami pun bergerak keluar mengikuti jalanan yang sudah disediakan.
Antrian Para Peziarah di Gentong dari Sumber Air Sendang Rejoso Makam Sunan Muria, di Gunung Muria |
Mendekati pintu keluar terdapat antrian yang ternyata adalah antrian untuk meminum air dari Gentong peninggalan Sunan Muria.
Biasanya para penziarah di Sunan Muria ini, memanfaatkan air dari gentong ini untuk minum dan ada juga yang bawa pulang dimasukan botol. Nah, sampai disini saya baru kenapa banyak dijual botol dan dirigen di sepanjang jalan menuju Makam Sunan Muria.
Para peziarah ada yang percaya, bahwa airnya mempunyai keberkahan dan bisa menyembuhkan penyakit. Sumber asli air yang di gentong tersebut berasal dari mata air yang dipercaya sebagai tempat wudhu Sunan Muria yaitu Sendang Rejoso.
Sampailah kami di ujung pintu keluar dengan ucapan Selamat jalan, semoga selamat sampai di rumah.
Pintu Gerbang Keluar Para Peziarah di Makam Sunan Muria, di Gunung Muria |
Masjid Sunan Muria
Menyusuri pintu keluar dari Makam Sunan Muria, ternyata berujung di Masjid Sunan Muria.Masjid Sunan Muria di Makam Sunan Muria, Gunung Muria |
Masjid ini sebagai simbol dakwah Sunan Muria di lereng Gunung Muria, dalam mendakwahkan Islam kepada masyarakat sekitar yang pada waktu itu banyak yang memeluk Hindu dan Budha. Pemilihan untuk berdakwah di Gunung Muria sendiri, sebagai salah satu bagian dari identitas dan sifat Sunan Muria, yang tidak suka dengan popularitas, sehingga beliau memilih berdakwah di lereng Gunung Muria.
Saat menapak naik tangga Masjid, suasana religi semakin terasa. Dengan hati yakin dan mantap saya menapak setiap anak tangga dan dalam hati mendoakan Sunan Muria.
Sunan Muria rela meninggalkan kesultanan Demak yang dibangunnya bersama wali lainnya dalam mengangkat Raden Fatah sebagai sultan pertama, namun beliau memilih hijrah untuk mencari ketenangan dan mendekat dengan rakyat dipinggiran kekuasaan. Pada saat itu jika Sunan Muria bisa berada dalam lingkaran politik kekuasaan pada masa itu, bisa melakukannya.
Masjid ini telah dirubah beberapa kali, sehingga sudah tidak terlihat sebagai bangunan tua dan asli. Hanya sebagian saja yang masih nampak asli sampai sekarang. Selain itu bangunan yang masih meninggalkan berbagai keaslian peninggalan Sunan Muria, seperti halnya Mihrab (tempat imam).
Mihrab tersebut terbuat dari batu yang disusun tanpa semen, di mana bagian luar dihiasi dengan ukiran ada juga Umpak Batu, tempat penyangga tiang masjid sebanyak empat buah, yang konon dibawa dari Bali, dan sebuah beduk.
Setiap bagian ujung kanan dan kirinya, dihiasi dengan piringan keramik kuno yang berjumlah 30, terdiri 20 piringan kuning dan 10 piringan hijau. Sedangkan beberapa bagian atap mihrab terdapat keramik yang berisi tulisan Arab, yang merupakan wiridan Sunan Muria sebagaimana yang pernah dijelaskan oleh Habib Lutfi.
Menurut informasi, Sunan Muria mendirikan masjid yang cukup bagus di Puncak Gunung Muria. Masjid tersebut justru mendapatkan sanjungan, terutama dari Sunan Kudus. Hingga akhirnya Sunan Muria membakar masjid yang disanjung tersebut. Lalu Sunan Muria membangun masjid yang sederhana.
Masjidnya Sunan Muria itu bagus, akhirnya beliau meras tidak enak karena niatnya mendirikan masjid itu untuk dakwah tetapi mendapatnya sanjungan. Akhirnya dibakar dan kemudian mendirikan masjid yang sederhana ini. Sampai sekarang sudah direnovasi beberapa kali terakhir dilakukan renovasi sekitar tahun 1980-an.
Namun sejumlah peninggalan Sunan Muria yang asli dan disimpan di masjid. Di antaranya pengimaman atau mihrab yang dipercaya masih asli. Mihrab tersebut memiliki keunikan karena bentuknya menjorok ke dalam, bukan keluar masjid. Kata Mastur hal tersebut sebagai pelajaran bahwa sebagai manusia harus mementingkan akhirat daripada duniawi.
Selasar Masjid Sunan Muria di Makam Sunan Muria, di Gunung Muria |
Bedug dan kentongan yang terdapat di sebelah kiri Masjid yang terpasang dengan gagah dan menjadi penanda saat datangnya waktu sholat tergantung di rangka kayu jati yang kokoh.
Bedug di Masjid Sunan Muria di Makam Sunan Muria, Gunung Muria |
Beduk di Masjid Sunan Muria yang asli, beduk tersebut sempat dimiliki orang, namun akhirnya diserahkan kepada pihak Masjid Sunan Muria pada tahun 1955 silam.
Beduk adalah kelengkapan budaya jawa, tadi beduk ini peninggalan dari Sunan Muria. Tapi zaman kerajaan, waktu itu pernah dimiliki orang lain dan tahun 1955 itu dikembalikan oleh yang memiliki beduk tersebut dan diantar sendiri oleh orang terebut.
Sedangkan, masjid yang khusus untuk wanita adalah tambahan baru hasil renovasi tahun 1976 yang peresmiannya dilakukan oleh Bupati KDH Tingkat II Kudus pada tahun 1978.
Beberapa tulisan himbauan dan informasi terpasang di beberapa sudut masjid. Seperti bagi para Peziarah yang akan melaksanakan Sholat Jama' untuk dilaksanakan setelah Jama'ah sholat rawatib selesai. sebagai bentuk pengaturan jamaah yang sholat.
Setelah berdoa dan mengagumi kemegahan Masjid Suna Muria, kamipun melanjutkan perjalanan untuk berziarah ke Makam Pangeran Pandak, Pangeran Cendono.
Suasana Makam Pangeran Pandak sunyi dan bersahaja. Saya pun duduk di depan pintu makam yang tertutup dan mendoakan beliau.
Setelah dari Makam Pangeran Pandak, kami pun melanjutkan perjalanan menuju arah keluar kawasan Makam Sunan Kudus.
Kami pun melanjutkan untuk perjalanan pulang menggunakan Ojek yang tersedia di Pangkalan Ojek.
Dokumentasi Ziarah Makam Sunan Muria
Saya sangat senang bisa berziarah ke Makam Sunan Muria dan selama perjalanan banyak hal yang bisa saya potret. Mulai dari paa pedagang, para pengunjung, suasana di tangga, tempat ojek dan berbagai hal yang menarik.Berikut beberapa hasil foto yang mungkin biasa saja, menarik atau bahkan berisi informasi. Selamat menikmati foto foto.
Perjalanan menaiki tangga menuju Area Makam Sunan Muria, berbagai foto yang unik saya abadikan di tangga naik menuju Makam Sunan Muria.
Kayu Kopi yang dijual untuk tongkat oleh para pedagang di Area Makam Sunan Muria, Gunung Muria |
Aneka Souvenir yang dijual oleh para pedagang di Area Makam Sunan Muria, Gunung Muria |
Bagi para Peziarah yang capek dapat menggunakan ojek di Area Makam Sunan Muria, Gunung Muria |
Aneka jajanan yang dijual oleh para pedagang di Area Makam Sunan Muria, Gunung Muria |
Aneka jajanan yang dijual oleh para pedagang di Area Makam Sunan Muria, Gunung Muria |
Aneka jajanan yang dijual oleh para pedagang di Area Makam Sunan Muria, Gunung Muria |
Aneka Souvenir yang dijual oleh para pedagang di Area Makam Sunan Muria, Gunung Muria |
Pisang Byar Rebus yang dijual oleh para pedagang di Area Makam Sunan Muria, Gunung Muria |
Jeruk Pamelo yang dijual oleh para pedagang di Area Makam Sunan Muria, Gunung Muria |
Mainan kapal kapalan yang dijual oleh para pedagang di Area Makam Sunan Muria, Gunung Muria |
Pisang Byar dan Aneka makanan yang dijual oleh para pedagang di Area Makam Sunan Muria, Gunung Muria |
Aneka hasil bumi, Enthik, Jangklong, Pisang Byar dan Kerut yang dijual oleh para pedagang di Area Makam Sunan Muria, Gunung Muria |
Para Peziarah yangberistirahat di area tanjakan tangga menuju Area Makam Sunan Muria, Gunung Muria |
Tangga menuju Area Makam Sunan Muria, Gunung Muria |
Aneka hasil bumi yang dijual oleh para pedagang di Area Makam Sunan Muria, Gunung Muria |
Aneka jajanan yang dijual oleh para pedagang di tangga menuju Area Makam Sunan Muria, Gunung Muria |
Lorong Area Makam Muria yang sangat bersih dan indah dengan pernak pernik pedagang di Area Makam Sunan Muria
Aneka pernak pernik souvenir yang dijual oleh para pedagang di tangga menuju Area Makam Sunan Muria, Gunung Muria |
Aneka pernak pernik souvenir yang dijual oleh para pedagang di tangga menuju Area Makam Sunan Muria, Gunung Muria |
Aneka pernak pernik souvenir yang dijual oleh para pedagang di tangga menuju Area Makam Sunan Muria, Gunung Muria |
Aneka pernak pernik souvenir yang dijual oleh para pedagang di tangga menuju Area Makam Sunan Muria, Gunung Muria |
Aneka pernak pernik souvenir peralatan sholat yang dijual oleh para pedagang di tangga menuju Area Makam Sunan Muria, Gunung Muria |
Aneka pernak pernik souvenir tasbih yang dijual oleh para pedagang di tangga menuju Area Makam Sunan Muria, Gunung Muria |
Aneka pernak pernik souvenir tasbih yang dijual oleh para pedagang di tangga menuju Area Makam Sunan Muria, Gunung Muria |
Aneka pernak pernik jamu herbal yang dijual oleh para pedagang di tangga menuju Area Makam Sunan Muria, Gunung Muria |
Aneka pernak pernik souvenir dan minyak wangi yang dijual oleh para pedagang di tangga menuju Area Makam Sunan Muria, Gunung Muria |
Lorong yang bersih di Area Makam Sunan Muria, Gunung Muria |
Aneka pernak pernik souvenir yang dijual oleh para pedagang di tangga menuju Area Makam Sunan Muria, Gunung Muria |
Aneka pernak pernik souvenir yang dijual oleh para pedagang di tangga menuju Area Makam Sunan Muria, Gunung Muria |
Aneka pernak pernik souvenir yang dijual oleh para pedagang di tangga menuju Area Makam Sunan Muria, Gunung Muria |
Informasi Pemotretan
PemotretanLokasi pemotretan di Kawasan Area Makam Sunan Muria
Detail :
Camera maker : Nikon Corporation
Camera model : Nikon D750
F Stop : f/4
Exposure time : 1/1000 sec.
ISO Speed : ISO 2500
Focal lengh : 120 mm
Lens :
Nikon AF-S 24 - 120 mm F/2.8G IF-GED VR NIKKOR
Detail :
Camera maker : Samsung S21
ReplyDeleteTrims infonya. Semoga suatu hari bisa ke sana
Wah pengalaman wisata religi yang menarik. Kalo boleh tau berapa lama menaiki tangga dengan jalan kaki sehingga sampai lokasi maqom di atas?
ReplyDelete