Keindahan Museum Jenang Mubarok Kudus
Museum Jenang Mubarok Kota Kudus
Daftar Isi
Informasi
Sejak saya ditempatkan bekerja di Kota Kudus, banyak hal dan informasi yang saya kumpulkan di Kota Kudus. Mulai dari ikon Kota Kudus, yaitu Menara Kudus yang merupakan warisan dari Sunan Kudus dan menjadi salah satu destinasi wisata religi yaitu Masjid Menara Kudus.Saat keluarga berkunjung ke Kota Kudus, sengaja saya ajak keliling ke Museum Jenang Kudus sekaligus berbelanja oleh oleh khas Kota Kudus.
Setelah berbelanja oleh oleh khas Kudus dan menitipkannya di penitipan, kamipun bergerak memasuki Museum Jenang Kudus. Karcis masuk hanya Rp. 10.000 per orang.
Museum Jenang Mubarok. Berdiri sejak 2017, museum ini merupakan tempat tujuan wisata terpadu sebagai wisata edukasi, sejarah, religi, seni, budaya, wisata industri dan wisata oleh-oleh.
Jenang Kudus adalah makanan sejenis dodol Garut yang berasal dari Kudus, Jawa Tengah. Jenang Kudus merupakan oleh-oleh khas dari Kudus. Jenang ini biasanya dijual dalam potongan-potongan kecil, biasanya dibungkus dengan plastik, dan dimasukkan ke dalam kemasan dus atau mika plastik.
Di Kudus, ada ratusan industri rumahan pembuat jenang Kudus. Rasa dari jenang Kudus adalah manis. Proses produksi dan adonan bahan tradisional mudah dikerjakan walau secara manual dan mempekerjakan sumber daya manusia yang relatif banyak.
Jalan-jalan ke Kota Kudus tak lengkap rasanya tanpa membeli oleh-oleh khas Kudus, yaitu jenang. Ya, selain dikenal sebagai kota Kretek, Kudus juga menjadi tanah kelahiran jenang. Untuk mengetahui perjalanan jenang hingga ada di kudus pabrik jenang Mubarok Food mendirikan Museum Jenang.
Museum ini pun diklaim menjadi museum jenang pertama dan satu-satunya di Indonesia. Museum Jenang Mubarok Food meneguhkan bahwa Kudus menjadi kota penghasil jenang terbesar di Jawa Tengah. Museum Jenang disajikan berbagai kisah Kudus tempo dulu.
Dengan interior dominan berwarna cokelat yang didominasi oleh kayu, pengunjung pun seolah diajak berkelana kembali ke masa lampau. Dimulai dari awal adanya pembuatan jenang hingga perjalanan jenang sampai ke konsumen.
Jenang Kudus merek Mubarok telah menempuh perjalanan yang tidak pendek alias telah melewati masa tempuh yang cukup panjang. Sejarah perjalanan panjang jenang Kudus, terutama merek Mubarok itu, dapat ditelisik di Museum Jenang yang terletak di Jalan Sunan Muria 33, Kota Kudus, Kudus.
Sejarah
Kudus selain memiliki Masjid Menara Kudus yang masyhur, juga memiliki nama besar di bidang kuliner. Jenang telah identik dengan Kudus, sehingga berkunjung ke Kudus tak lengkap bila tak membawa buah tangan berupa jenang.
Jenang sendiri sebagai oleh-oleh khas Kudus banyak dijumpai di daerah yang berjuluk Kota Kretek itu. Namun, jenang paling terkenal adalah jenang merek Mubarok yang disebut-sebut sebagai pelopor jenang di Kudus. Mubarok-lah yang membawa jenang Kudus dikenal dan bahkan boleh dibilang telah go national.
Museum Jenang didirikan oleh PT Mubarokfood Cipta Delicia—perusahaan yang memproduksi jenang merek Mubarok—sebagai tempat untuk mengenalkan produk jenang dan sejarahnya kepada khalayak luas. Museum Jenang digagas tepat pada momentun jenang merek Mubarok berusia satu abad, yaitu pada 2010. Meski baru tujuh tahun kemudian, yaitu pada 24 Mei 2017, gagasan itu terealisasi dan Museum Jenang—sebagai museum jenang pertama dan satu-satunya di Indonesia, diresmikan.
Oleh Oleh khas Kudus, Jenang Mubarok |
Suasana
Museum Jenang Mubarok memiliki berbagai koleksi unggulan, diantaranya Miniatur Menara Kudus, Diorama Bahan Baku Jenang, Proses dan Peralatan Pembuatan Jenang, Diorama Pasar Bubar, Maket Komplek Menara dan Masjid Al Aqsha, Rumah Adat Kudus, Foto Kudus Tempo Dulu, Foto Bupati Kudus dari Masa ke Masa, Ruang Literasi Gusjigang, Ruang Trilogi Ukhuwah, Spot Kearifan Lokal Kudus, Spot Pakaian Adat Kudus, Galeri Alquran, Galeri Asmaul Husna, Miniatur Ka’bah, Spot Nitisemito, Replika Omah Kapal, Miniatur Stasiun Kudus, Spot Perpustakaan Sosrokartono, Miniatur Omah Kembar, Replika Pesawat Fokker serta koleksi unggulan lainnya.
Disamping itu, juga disediakan spot unik dan menarik untuk berfoto bagi para pengunjung.
Bangunan dua lantai itu dibagi dalam dua bagian. Bangunan bawah adalah gerai Mubarok Food yang menyediakan produk jenang Kudus merek Mubarok dengan berbagai varian rasa, beserta pilihan aneka produk oleh-oleh lainnya. Adapun Museum Jenang menempati lantai dua.
Replika Menara Kudus dengan tinggi sekira 6 meter di Museum Jenang Kudus |
Begitu naik tangga dan masuk ke ruang museum, kita akan disambut oleh interior ruangan yang klasik dan memikat. Segera di ruangan ini kita disuguhi sebuah informasi yang disematkan pada sebuah papan kayu yang dibuat artistik yang berisi sekilas riwayat asal-usul jenang Kudus.
Dari sini kita menjadi tahu bahwa entitas jenang Kudus sudah ada sejak beratus tahun lampau dan berkait erat dengan sosok Sunan Kudus. Intisari tulisan itu dapat sebutkan, asal-usul jenang Kudus berawal ketika cucu Mbah Denok Soponyono sedang bermain burung merpati di tepi sungai, lalu tercebur dan hanyut. Anak tersebut ditolong oleh warga. Saat itu, melintaslah Sunan Kudus dan muridnya, Syekh Jangkung, dan menghampiri warga yang sedang berkerumun.
Sunan Kudus berkesimpulan bahwa anak tersebut sudah mati. Namun Syekh Jangkung mengatakan bahwa anak tersebut hanya mati suri. Untuk membangunkannya, Syekh Jangkung meminta para ibu untuk membuat jenang. Dari situlah kemudian Sunan Kudus berucap, “Suk nek ono rejaning jaman, wong Kaliputu uripe seko jenang.” Artinya, suatu saat kelak sumber kehidupan warga Desa Kaliputu berasal dari usaha pembuatan jenang.
Dari legenda itulah, produksi jenang Kudus di Desa Kaliputu, Kecamatan Kota Kudus, kemudian berkembang hingga sekarang. Bahkan sebagai bentuk rasa syukur atas berkah usaha jenang, setiap tanggal 1 Muharram digelar Kirab Tebokan atau disebut juga Arak-arakan Jenang.
Di museum itu juga digambarkan tentang proses pembuatan jenang melalui patung orang yang sedang mengaduk jenang. Berbagai alat membuat jenang yang dulu dipakai untuk membuat jenang juga di-display, sehingga bisa mengantarkan imaji pengunjung pada proses pembuatan jenang dari masa ke masa. Misalnya ada mesin parut kelapa; mesin peras kelapa; alat susuk, alu (penumbuk) dan tebok (tempat jenang); lumpang; mesin mixer pengolahan jenang; dan mesin inkjet printing/labeling.
Dipajang pula potret pendiri dan pengelola jenang Kudus merek Mubarok dari generasi ke generasi, yang hingga sekarang telah memasuki generasi ketiga. Dimulai perintis pertama jenang Mubarok, pasangan H. Mabruri dan Hj. Alawiyah sejak tahun 1910 hingga tahun 1940.
Lalu diteruskan generasi kedua, pasangan H.A. Sochib dan Hj. Istifaiyah sejak tahun 1940 hingga tahun 1992. Lalu generasi ketiga, pasangan H. Muhammad Hilmy, SE dan Hj. Nujumullaily, SE sejak tahun 1992 hingga sekarang.
Di Museum Jenang juga dihadirkan diorama Pasar Bubar—tempat dulu generasi pertama jenang Mubarok memasarkan jenangnya dari tangan ke tangan pada sekitar tahun 1930-an.
Pasar Bubar dulu terletak di sekitar Masjid Menara Kudus yang kini telah beralih wahana menjadi area parkir dan taman Menara Kudus. Dengan melihat diorama Pasar Bubar, pengunjung dapat melihat proses transaksi dan cara penjualan jenang di masa itu.
Di Museum Jenang tak hanya soal jenang. Museum juga menggambarkan sejarah Kudus pada umumnya. Di mulai dari adanya desain bangunan nan eksotik berupa tembok pagar keliling yang dibuat dari batu bata merah, yang mengingatkan pada gaya bangunan kerajaan Jawa kuno. Lalu di bagian tengahnya terdapat replika Menara Kudus dengan dimensi tinggi sekira 6 meter. Juga terdapat miniatur Masjid Menara Kudus dan kompleks makam Sunan Kudus.
Ada pula Rumah Adat Kudus di Museum Jenang. Rumah adat Kudus yang biasa disebut dengan istilah “joglo Kudus” ini merupakan salah satu rumah tradisional masyarakat Kudus. Rumah adat ini juga lazim disebut “atap pencu” dengan model bangunan yang didominasi seni ukir khas Kudus dan mencerminkan secara padu akulturasi budaya Jawa (Hindu), Persia (Islam), Cina (Tionghoa), dan Eropa (Belanda).
Bupati Kudus dari masa ke masa |
Lebih jauh lagi, museum juga menampilan foto Bupati Kudus dari masa ke masa yang dipasang secara berjajar. Juga dipajang beberapa foto Bupati Kudus tempo dulu dalam berbagai fragmen, seperti foto Bupati Kudus saat berpose dengan Bupati Demak tahun 1868, foto Bupati Kudus Raden Mas Toemenggoeng Tjondronegoro bersama saudara-saudaranya tahun 1867, foto Bupati Kudus Raden Panji Toemenggoeng Hadinoto dan keluarganya di Pendopo Kabupaten tahun 1924, Bupati Kudus Raden Panjie Toemenggoeng Hadinotodan pejabat Belanda di Pendopo Kabupaten tahun 1925, dan banyak lagi.
Tokoh Rokok di Kudus, Nitisemito |
Museum juga menampilkan berbagai potret tokoh kretek Kudus Niti Semito dan berbagai potret Kudus tempo dulu, seperti Jembatan Kereta Api di Tanggulangin tahun 1900, Interior Pendopo Kabupaten Kudus tahun 1923, Stasiun Kereta Api Tahun 1936, Kantor Polisi Kudus tahun 1928, Alun-alun Kudus Tahun 1936, Petugas Telkom Kudus tahun 1938, dan potret lawas lainnya.
Selain menampilkan sejarah jenang dari masa ke masa dan sejarah Kudus melalui berbagai replika, diorama, dan potret, di Museum Jenang juga terdapat ruang khusus yang dinamakan Ruang Gusjigang atau Gusjigang X-Building.
Pengunjung Museum Jenang langsung bisa masuk dan mengeksplorasi berbagai spot yang ditampilkan di ruang ini. Di antaranya, di ruang ini pengunjung dapat membaca kilas biografi/sejarah tokoh ulama Kudus dan pengusaha masa lalu Kudus di antaranya biografi Sunan Kudus, Sunan Muria, Kiai Telingsing, KH. Raden Asnawi, KH. M. Arwani Amin, KH. Turaichan Adjhuri, RMP. Sosrokartono, Nitisemito, H. Djamhari, dan lain sebagainya. Selain itu ditampilkan pula berbagai literasi dan puisi tentang Gusjigang karya penyair nasional maupun lokal Kudus, antara lain puisi karya KH. Mustofa Bisri (Gus Mus), Lukman Hakim Saifuddin (Menag RI 2014 – 2019), Emha Ainun Nadjib, Habib Anis Soleh Ba’asyin, Sosiawan Leak, Jumari HS, Mukti Sutarman SP, Nur Said EL-Qudsy, Shofiyan Hadi, Bin Subiyanto, Hasan Elmore, Lily Hilmy, dan lainnya.
Ruang Galeri Al Quran |
Di Ruang Gusjigang juga terdapat Ruang Galeri Al-Quran dan Asmaul Husna, Omah Kembar dan Pesawat Fokker Nitisemito, Omah Kapal, dan Ruang Trilogi Ukhuwah.
Di Ruang Trilogi Ukhuwah pengunjung dapat menyelami pesan-pesan persaudaraan, utamanya dalam konteks dua ormas Islam terbesar di Indonesia, yaitu NU dan Muhammadiyah. Keduanya disebut-sebut sebagai dua kekuatan terbesar Islam Indonesia yang harus bergandengan tangan untuk membangun Indonesia. Apalagi mengingat kedua ormas tersebut didirikan oleh KH. Hasyim Asy’ari (NU) dan KH. Ahmad Dahlan (Muhammadiyah), yang keduanya pernah menimba ilmu pada guru yang sama atau tunggal guru, sehingga tidak ada alasan untuk tidak bersatu dan bergandengan tangan.
Trilogi Ukhuwah sendiri mengandung tiga pesan persaudaraan meliputi: ukhuwah Islamiyah (persaudaraan antar sesama muslim), ukhuwah wathoniyah (ikatan kebangsaan), dan ukhuwah basyariyah (ikatan kemanusiaan). Ketiga persaudaraan itulah pondasi penting dalam membangun negeri dan menguatkan NKRI.
Gusjigang sendiri yang menjadi nama bagi ruang ini merupakan falsafah masyarakat Kudus sebagai local wisdom dan local culture serta ajaran moral kehidupan warisan Sunan Kudus. Spirit Gusjigang terdapat dalam akronim Gusjigang yaitu baGUS akhlaknya (spiritual), pinter ngaJI (intelektual), dan terampil daGANG (entrepreneurship). Melalui filosofi inilah Sunan Kudus menuntun para pengikutnya dan masyarakat Kudus menjadi orang-orang yang memiliki kepribadian yang bagus, tekun mengaji, dan mau berusaha atau berdagang.
Beberapa dokumentasi yang menarik di Museum Jenang Kudus.
Lukisan Proses pembuatan Jenang di Museum Jenang |
Proses pembuatan batik |
Proses pembuatan Rokok |
Pembuatan Rokok linting tangan |
Rokok linting tangan |
Dokumentasi
Dokumentasi suasana di Museum Jenang Kudus dan aneka oleh oleh yang bisa didapatkan di toko Jenang Kudus MubarokAneka keripik dan makanan ringan khas Kudus di Toko Jenang Mubarok |
Aneka keripik dan makanan ringan khas Kudus di Toko Jenang Mubarok |
Aneka keripik dan makanan ringan khas Kudus di Toko Jenang Mubarok |
Kacang Goreng yang lezat khas Kudus di Toko Jenang Mubarok |
Ting ting dan Aneka keripik dan makanan ringan khas Kudus di Toko Jenang Mubarok |
Jenang Mubarok, Aneka keripik dan makanan ringan khas Kudus di Toko Jenang Mubarok |
Jenang Mubarok, Aneka keripik dan makanan ringan khas Kudus di Toko Jenang Mubarok |
Aneka keripik dan makanan ringan khas Kudus di Toko Jenang Mubarok |
Aneka keripik dan makanan ringan khas Kudus di Toko Jenang Mubarok |
Aneka keripik dan makanan ringan khas Kudus di Toko Jenang Mubarok |
Pembayaran dengan tunai, debit maupun dengan kartu kredit di Toko Jenang Mubarok memudahkan pelanggan |
Aneka keripik dan makanan ringan khas Kudus di Toko Jenang Mubarok |
Suasana dan informasi tentang Museum Jenang Mubarok |
Informasi tentang Museum Jenang Mubarok |
Aneka batik yang dijual di Museum Jenang Mubarok |
Suasana pengunjung di Museum jenang Mubarok |
Barang barang yang dipamerkan di Museum Jenang Mubarok |
Tangga masuk Jenang Mubarok yang didekor dengan indah |
Replika motor dari Kayu koleksi Museum jenang Mubarok |
Ornamen yang indah di Museum jenang Mubarok |
Info mengenai Jenang di Museum Jenang Mubarok |
Info Tentang Jenang di Museum jenang Mubarok |
Teras lantai 2 di Museum Jenang Mubarok |
Ornamen di lantai 2 Museum jenang Mubarok |
Tokoh Bupati Kudus |
Informasi Pemotretan
PemotretanLokasi pemotretan di Museum Jenang Mubarok, Kudus
Detail :
Camera maker : Nikon Corporation
Camera model : Nikon D750
F Stop : f/4
Exposure time : 1/1000 sec.
ISO Speed : ISO 2500
Focal lengh : 120 mm
Lens :
Nikon AF-S 24 - 120 mm F/2.8G IF-GED VR NIKKOR
Detail :
Camera maker : Samsung
0 Response to "Keindahan Museum Jenang Mubarok Kudus"
Post a Comment
Terima kasih atas kunjungan teman teman, semoga artikel bermanfaat dan silahkan tinggalkan pesan, kesan ataupun komentar.